Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Pesona Bali, Pulau Seribu Pura

KEELOKAN Pulau Bali memang sudah tersohor ke seluruh penjuru dunia. Namun, bukan hanya itu yang membuat para wisatawan berdecak kagum. Keramahan pendudukan dan kehidupan spiritual di Pulau Seribu Pura yang eksotik dan penuh magis ini menjadi alasan para wisatawan untuk kembali menikmati Bali.

-------

Masyarakat Bali memang memiliki laku spiritual yang melekat erat dalam kehidupan kesehariannya. Laku spiritual di Bali diwarnai dengan hal-hal unik, mulai dari dandanan para pria dan wanitanya, juga hiasan pura atau tempat upacara mereka.

Ya, Bali dengan agama Hindunya memiliki pura sebagai tempat berdoa. Di beberapa tempat di Bali terdapat tempat persembahyangan atau pura yang sangat besar dan istimewa. Dan masing-masing pura di Bali identik dengan sejarah terbentuknya masyarakat di daerah tersebut.

Bersama rombongan Forum Wartawan Kota (Forwako) dan Pemkot Bandar Lampung, wartawan Lampung Post Yunita Savitri mengunjungi sejumlah pura bersejarah di Bali, pertengahan Maret lalu.

Pura pertama yang menjadi target kunjungan Forwako adalah Pura Rambut Siwi. Sembari menimba ilmu tentang manajemen Pemerintah Kabupaten Jembrana, rombongan Forwako dan Pemkot Bandar Lampung yang dipimpin Asisten III Pemkot Ishak dan didampingi Kepala Bappeda Pemkot Bandar Lampung Madani serta Kabag Humas dan Indokom Zainuddin menyempatkan diri mengunjungi pura yang terletak di Desa Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.

Pura Rambut Siwi dikelilingi oleh sawah yang membentang luas dan berteras-teras. Gugusan perdesaan dan deretan pegunungan yang membujur dari barat ke timur dan Samudera Indonesia juga menjadi bagian pemandangan di pura ini.

Di sebelah utara pura, lebih kurang 200 meter, terbentang jalan raya jurusan Denpasar--Gilimanuk, di mana terdapat penyawangan Pura Rambut Siwi. Di sini biasanya umat Hindu yang melintasi jalur perjalanan tersebut berhenti sejenak untuk menghaturkan sembah mohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Keberadaan pura yang berjarak lebih kurang 78 km dari Kota Denpasar ini sebenarnya berkaitan dengan perjalanan seorang Pedanda Sakti Wawu atau Dang Hyang Nirartha sekitar tahun 1489 Masehi. Berjalan dari Blambangan, Jawa Timur, dia menuju Kerajaan Gelgel di Klungkung. Tempat singgahnya di Klungkung menjadi cikal bakal berdirinya Pura Rambut Siwi yang berlatar belakang pantai.

Berawal dari kedatangannya di Desa Gading Wani, saat itu penduduk setempat minta berkah agar dibebaskan dari wabah penyakit yang sudah beberapa tahun mengganas. Seperti membawa mukjizat, dengan sekali sentuh oleh Nirartha, sembuhlah mereka yang sakit.

Penduduk memintanya tinggal, tetapi ia tidak bisa. Ia pun menitipkan sehelai rambut. Karena itu, di tepian laut, di atas tebing pesisir pantai selatan Bali, kemudian berdirilah Pura Rambut Siwi yang artinya memuja rambut.

Tanah Lot

Seluruh perjalanan Nirartha menyusuri pesisir pantai selatan Bali selalu ditandai dengan berdirinya pura. Setelah Pura Rambut Siwi, jika terus menyusur ke arah timur, terdapat Pura Tanah Lot.

Dunia mengakui pura ini memiliki pemandangan yang eksotik tiada duanya. Pura Tanah Lot terletak di sebidang batu karang di laut, terpisah dari pantainya. Pura ini menampilkan pemandangan yang menawan saat matahari terbenam.

Pura Tanah Lot terletak di kabupaten Tabanan, sekitar 20 km dari Denpasar. Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti Tanah di tengah lautan. Jika dicermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri di atas bongkahan batu karang, di mana alam telah membentuknya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik.

Konon menurut cerita, pura ini didirikan oleh Dang Hyang Nirathayang terkesan dengan aura kesucian dari tempat ini, sehingga akhirnya ia meminta penduduk sekitar untuk mendirikan sebuah "pelinggih" di sini. Selain Pura Tanah Lot, di lokasi ini terdapat ular suci yang lumayan menyita perhatian. Banyak pengunjung penasaran ingin melihat dan menyentuh ular suci ini, yang konon dapat memberikan berkah dan keselamatan.

Untuk masuk ke areal Tanah Lot, dikenakan biaya Rp5.000 per orang. Di sepanjang jalan menuju ke areal pura, banyak terdapat penjaja suvenir dan makanan khas Bali. Di samping karena keindahan puranya, Tanah Lot juga terkenal akan sunset-nya yang sangat indah, dan ternyata Tanah Lot juga menjadi salah satu surf spot di Bali, walaupun tidak setenar Kuta, Dreamland, dan pantai yang lain.

Tirta Empul

Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Pura ini merupakan warisan sejarah peninggalan Kerajaan di Bali dan letaknya tidak jauh dari Istana Tampak Siring.

Tirta Empul mengandung arti air suci yang menyembur keluar tanah. Air yang berasal dari Tirta Empul mengalir ke Sungai Pekerisan. Di sepanjang sungai ini terdapat benda-benda purbakala.

Selayaknya pura yang terdapat di Bali, halaman pura yang dibangun tahun 960 Masehi oleh Raja Chandra Bhayasingha Dinasti Warmadewa ini dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu halaman muka (Jabe Pura), halaman tengah (Jabe Tengah), dan bagian dalam (Jeroan).

Pada bagian tengah terdapat dua buah kolam persegi panjang. Di kolam tersebut memiliki 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap selatan. Masing-masing pancuran memiliki nama.

Bagi pengunjung wanita yang sedang halangan atau sedang datang bulan tidak diizinkan untuk masuk ke dalam pura ini. Bila ingin memasuki pura, tiap pengunjung diwajibkan memakai atribut kain dan ikat kain yang telah dipersiapkan oleh pihak Pura Tirta Empul. Dan selayaknya tempat yang disucikan, maka pengunjung dilarang berbuat yang tidak baik di dalam pura ini.

Pancuran yang terdapat di halaman tengah pura mengandung belerang yang diyakini orang yang mencuci muka atau membasuh muka akan awet muda. Sehingga tidak heran banyak yang mandi di dalam kolam yang terdapat pancuran-pancurannya. Bila berkunjung di pagi dan sore hari, pengunjung akan menyaksikan para penduduk setempat sedang melakukan ibadah di dalam kawasan pura ini. n YUNITA SAVITRI/M-1

Sumber:
http://www.lampungpost.com

0 komentar:

Posting Komentar