Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Empat Model Wakili Kepulauan Riau

Model Indonesia 2009 Kepri


Provinsi Kepri mengirimkan empat model terbaiknya untuk mengikuti pemilihan Model Indonesia 2009. Mereka yang terpilih menang setelah bersaing dengan 26 peserta lainnya di ajang final audisi pemilihan Model Indonesia 2009 asal Kepri, di Hotel Bintan Beach Resort (BBR) Tanjungpinang, Sabtu (24/10).



’’Keempat modeltersebut akan mengikuti dua kategori. Pertama catwalk dan kedua foto model,” kata Ketua Panitia Milky. Masih, kata Milky, mereka yang akan mewakili Kepri, yakni Sukma dari Tanjungpinang, Rey dari Batam, Jenny dari Batam, dan yang terakhir Viska dari Tanjungpinang. Mereka akan bertanding dalam pemilihan Model Indonesia 2009 di Jakarta 27 November hingga 2 Desember nanti. ’’Dalam pemilihan ini, panitia sengaja mengundang Desainer Kondang Indonesia Ramli untuk menjadi Juri,” ujarnya.


Hal ini dilakukan untuk mendapatkan peserta terbaik yang akan menjadi wakil kepri di ajang bergengsi tersebut. Sehingga, model yang dikirim benar-benar yang terbaik dari terbaik. Selain Ramli, yang menjadi juri dalam malam final tersebut, ada model dan pemenang Miss Persahabatan di kontes Miss Beauty Internasional di Beijing, Ellen Go dan Kamal.


Dalam pemilihan model tersebut, malam itu juga ada acara fashion yang memamerkan karya desainer Ramli berupa kebaya berbahan batik. Untuk peragaan tersebut, Ramli mendatangkan tujuh modelnya dari Jakarta. Lalu dibantu tiga model dari Batam dan empat model dari Tanjungpinang.



Sumber : http://batampos.co.id
Photo : Jacko Team

Selengkapnya...

Wisatawan di Ujung Kulon Tidak Terpengaruh Gempa

Ujung Kulon


Ujung Kulon, Banten (SIB)


Para wisatawan di sekitar wilayah Ujung Kulon, tepatnya di Pulau Umang Resort, Kecamatan Sumur, Pandeglang, mengaku tidak terpengaruh dengan gempa 6,4 SR yang berpusat di Ujung Kulon, Jumat (16/10) sore.
Salah seorang wisatawan, Tedi Kusmayadi, di Ujung Kulon, Sabtu, mengatakan ia tidak khawatir dengan gempa karena warga di sekitar lokasi tersebut tampak tetap tetang meskipun sebelumnya sempat panik.
Ia juga mengaku tidak merasakan gempa itu karena saat kejadian sedang berada di dalam bis bersama puluhan wisatawan lainnya dari rombongan uji coba paket wisata Banten 2009.

“Tadinya kami juga merasa khawatir. Tapi setelah mendapatkan informasi gempa tidak menimbulkan tsunami akhirnya perjalanan tetap dilanjutkan,” katanya.
Obay Sobari, wisatawan lainnya juga mengaku tidak mengurungkan niatnya berwisata di Pulau Umang yang lokasinya tidak jauh dari pusat gempa di Ujung Kulon.
Sementara itu, pengelola objek wisata Pulau Umang, Kristian Halim, mengatakan, gempa yang terjadi Jumat sore getarannya tidak begitu besar dirasakan di sekitar Pulau Umang, sehingga tidak menimbulkan kerusakan apapun.
“Biasanya kami lebih cepat mendapat informasi dari BMKG jika terjadi gempa, sehingga bisa diantisipasi kalau ada sesuatu kejadian seperti tsunami,” katanya.
Ia mengatakan, semua bangunan di Pulau Umang dirancang dengan bangunan tahan gempa. Selain itu pihaknya juga sudah mengantisipasi dan mempersiapkan lokasi-lokasi untuk evakuasi para wisatawan jika terjadi tsunami atau air pasang akibat gempa.

“Jika terjadi sesuatu akibat gempa, hanya butuh waktu 15 menit untuk evakuasi wisatawan ke darat,” katanya.
Kapolsek Sumur, AKP M Yusuf, mengatakan tidak ada korban jiwa ataupun bangunan yang rusak berat akibat gempa tersebut. Tercatat hanya sekitar 10 unit bangunan rumah dan sebuah sekolah mengalami rusak ringan atau retak-retak.
“Tidak ada bangunan yang rusak parah, kalaupun ada hanya retak-retak karena kondisi bangunan sudah tua,” katanya.
Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR terjadi Jumat (16/10) sore sekitar pukul 16:52 WIB, berpusat di wilayah Ujung Kulon pada kedalaman sekitar 10 kilometer.
Gempa bumi yang juga dirasakan warga di wilayah Jakarta dan Jawa Barat tersebut sempat membuat panik warga sehingga mereka berhamburan ke luar rumah.



Sumber : http://hariansib.com



Selengkapnya...

Dilarang Meminang Gadis Berkereta Unta

Cerpen Benny Arnas

BAHU Romli naik-turun bersamaan dengan napasnya yang megap-megap menahan buncah, mencoba meredam marah yang sangat. Bila tak menenggang bahwa malam itu ranjang pengantinnya digelar di sebuah kamar kediaman mertua, sudah sedari tadi ia mengusir Siti: perempuan yang baru pagi tadi menjadi halal baginya. Halal? Ai, tak ada gunanya itu, bila bunga yang baru dipetik, bentuknya saja yang serupa mawar, tapi baunya lebih jadah dari tahi ayam!

Masih tanpa sehelai kainpun yang membalut badannya, Romli membuka almari, mengambil selipatan kaus oblong dan sepan; celana panjang. Memakainya terburu-buru. Menutup kembali tempat pakaian itu dengan tenaga beberapa kali lipat dari biasanya. Lagi, ia menatap tajam Siti yang mencangkung di sudut ranjang. Perempuan itu menangis dengan sedu-sedan yang diredam. Kedua tangannya memegang kain songket dengan gerakan menutup dada. Adakah laki-laki itu mau menerima penjelasan bahwa sesungguhnya dirinya masih suci? Jangankan seranjang dengan lanang lain, sebelum malam itu, berlinjangan—berpacaran—pun ia tak pernah. Demi Allah! Demi Rasul!

Siti sudah membayangkan: setelah malam itu, hari-harinya akan buras. Esok, orang-orang kampung pasti telah mencium semuanya. Bukan menanam prasangka bahwa Romli akan mengumbar aibnya, tapi… bila alam dapat meletuskan kalam, langit dan bumipun membela laki-laki itu: Memang sakit hati suami kau tu…. Tapi bolehkah dibuat perbandingan tentang siapa yang lebih jatuh ke jurang dengan malu yang tak tepermanai oleh takdir? (0h, Siti tak marah dengan Tuhan, tapi apa kiranya istilah yang layak menyimpul keperihan itu?).

PRAAAK!

Bak almari tadi, pintu kamar juga ditutup dengan tenaga lebih dan serampangan. Siti bersegera menuju daun pintu yang berderit. Menutupnya segera dengan palang ruyung. Tak ada jua maksudnya untuk berteriak agar laki-laki itu jangan pergi jauh, jangan pergi lama, jangan menjadikannya janda kilat. Tak ada perempuan yang sudi menjadi istri dalam sehari saja. Tak ada istri yang sanggup makan talak sebanyak tiga kali setelah meneguk ijab kabul satu hari sebelumnya. Tak ada dalam sejarah. Tak terukir di dalam adat. Tapi… Siti tampaknya akan membuat itu. Paling tidak, itu yang berpusingan di kepalanya. Oh, hancurnya perasaan. Buruknya nasib.

Bahkan, bercerita pada Bi Salma dan Mang Sadi saja ia tak ada daya. Walaupun ia sudah dianggap layaknya putri sendiri, namun laki-laki yang suci pasti muntab dengan apa yang didapatnya. Sesiapa yang bertegak pada keadaan Romli pasti jua menyalahkan dirinya. Dan kemestian itu jua berlaku pada dua orang yang membesarkan dan mengawinkannya pagi tadi itu. Mereka tak akan menyalahkan mempelai pria. Oh, mengapa Tuhan tak menurunkan tanda untuk mengetahui kesucian laki-laki sebagaimana perempuan memiliki gendang-kacang di antara kedua pangkal pahanya? Adakah tanya—yang takkan pernah terjawab—itu hanya sebuah pelarian dari ketakterimaan Siti sebagai perempuan yang menjadi korban sebuah ketaklaziman—yang ia sendiri tak memahaminya?

Memang, tiada penting itu digesah, tapi… Siti masih sebenar gadis, perawan ting-ting. Hanya Tuhan yang dapat menjelaskan bagaimana nasib kelam itu turun padanya, bagaimana gendang itu pecah!!!

***

ADAT dicipta untuk membuat rupa-rupa tingkah, kerja, dan kata-kata menjadi legenda. Adat melahirkan dan menjadikan semua. Jangan menyapu ketika malam memeluk bumi, tak elok, berkurang rezekimu. Ai, adakah malaikat banyak berderma ketika matahari sudah terlelap? Bersiap-siaplah—dengan selayaknya—karena akan ada orang yang bertandang, itu yang dikatakan Wak Sambit suatu waktu, ketika kebetulan ia melihat seekor kupu-kupu tengah menari-nari masuk ke rumah kami. Bukankah dikau sendirilah tamu itu, Wak?

Siti juga masih ingat, ketika usianya belum sama dengan jumlah jari tangan, bersama teman sebayanya (hanya Romli, anak Haji Asep, yang sudah SMP saat itu), ia berlomba-lomba membetet cicak demi mengumpulkan mereka sebanyak-banyaknya. Ini malam Jumat. Berkumpulah di beranda siapalah. Siapkan karet gelang yang masih kuat. Kalian dapat amal banyak nantinya lewat kadal langit-langit itu. Waktu itu Siti baru tahu tahu kalau cicak adalah hewan mulia yang mesti bernasib malang di malam ia biasa mengaji.

Dan… ternyata semua hanya sebagian kecil dari umbul-umbul adat. Ya, Siti tak pernah duduk di depan pintu rumah karena takut jadi gadis tua. Siti tak pernah keluar magrib karena Hantu Wewe—yang tak pernah ia lihat—sudah menanti di pohon belimbing di sisi kanan kandang rumahnya. Siti selalu mengibaskan kain ke kasurnya karena tak ingin dipeluk hantu ketika tidur. Siti tak pernah menyisir rambut di luar rumah karena takut dipinang duda atau lelaki yang sudah beristri tiga. Siti memercayainya. Semuanya. Namun empat tahun yang lalu, ketika ia harus memamah kenyataan sebagai yatim-piatu, larangan seakan dicipta untuk dirinya.

Tak elok anak gadis bersepeda!

Dan Siti merasa bukan saatnya lagi bunga bibir orang yang mengatur hidupnya. Ia tak sedikitpun menggubris hal itu. Bukan perkara ia menemui jawaban yang berbeda-beda dari orang-orang kampungnya atas pamali itu. Tapi… banyak hal yang membuatnya harus menutup telinga.

***

SITI lahir di Batu Urip, salah satu kelurahan di Lubuklinggau. Di usianya yang ke-10, ia sudah ditinggal-mati orang tuanya dalam sebuah tabrakan sepur—kereta api—di Muara Enim. Sejak itu pula ia diboyong keluarga teman lama bapaknya ke Binjai. Ya, hingga kini, ia tinggal di pedalaman Muara Kelingi itu. Membantu Bi Salma dan Mang Sadi nakuk—menyadap karet—di sebuah rimba. Tapi, Siti lebih banyak di rumah kayu (ia tidak menyebutnya “pondok”). Mengurus rumah; menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam mereka; kadang juga masak pempek taghuk—daun—ubi; dan tentu saja bersekolah.

Sekitar enam kilometer jarak rimba dengan sekolahnya. Itu belum termasuk jarak yang harus ditempuhnya agar keluar dari rimba. Oleh karena itu, Siti merasa sangat beruntung ketika mengetahui Mang Sadi memiliki sepeda. Walaupun dengan berat hati, laki-laki itu membolehkannya juga. Siti pun menunggangnya saban hari ke sekolah. Orang kampung biasa menyebut kendaraan roda dua itu kereta unta. Tinggi tempat duduknya hampir setara pinggang orang dewasa, kulit dudukannya mengkilap dan licin, stangnya sangat lengkung, rodanya sebundar lubang derum, ciri khas kehadirannya yaitu, kring-kringnya yang sangat nyaring berdengking. Ya, sejak kelas enam SD hingga menamatkan SMP, Siti menunggang unta besi itu.

Pamali itu?

”Sebenarnya tak elok, Nak. Tapi… dengan apa lagi kau bisa bersekolah kalau tidak menunggangnya,” ujar Bi Salma suatu hari. Nah, bagaimana gadis itu dapat menanggapi gunjingan orang-orang, bila perempuan—yang sudah dianggapnya orang tua—itu saja tak melarangnya. Lagipula, adakah orang-orang kampung akan bersedia memindahkan SMP ke tanah lapang dekat rimba karet-nya? Begitulah. Akhirnya bibir orang kampung pun capai juga. Dan… semuanya berlaku dan berlalu dari waktu ke waktu.

Sampai suatu hari, Bi Salma dan Mang Sadi mengajak Siti berbicara khidmat di beranda rumah kayu. Siti terdiam. Pikirannya berlayar pada keinginan masa kecilnya: Jadi Bu Guru! Sejak Bu Mayang, gurunya di kelas dua SD dulu, memperkenalkan padanya sebuah kata yang langsung menyetrumnya: cita-cita, Siti seakan tersadar bahwa ada mimpi yang lebih harum daripada bunga tidur. Cita-citanya itu seringkali ia utarakan pada orang tuanya sepulang sekolah. Siti harus sekolah yang rajin, yang tinggi, lalu masuk PGSD, begitu kata ibunya, sebelum bapaknya meraih tubuh mungilnya, menggendongnya, dan mengungkapkan bangganya ia pada gadis kecil itu.

Tapi… itu masa lalu, kenangan yang sudah dirampas oleh waktu. Waktu jua yang membawanya harus menjadi gadis yang tahu diri. Bahkan sebagai keluarga yang tak bersanak di Linggau saat itu, ia sangat beruntung dibesarkan dengan penuh kasih-sayang oleh Bi Salma dan Mang Sadi. Maka, cita-cita itu diremasnya hingga remuk, dan melemparkannya ke keranjang sampah yang ia sendiri lupa di mana tempatnya.

“Bagaimana, Nak?”

Siti mengangguk. Gadis itu maklum bila Bi Salma terkesan setengah memaksanya. Ya, ia sadar telah memberatkan ‘orang tuanya’ itu. Lagipula, bila pun ia lebih memilih bersekolah daripada menikah, apakah sanggup pasangan tak berketurunan itu membiayai SMA-nya nanti?

Siti kibaskan semua resahnya. Ia harus mencari pelarian pikiran untuk memerahmudakan semuanya. Romli, ya Romli. Sungguh, tak ia sangka bila kawannya membetet cicak itu menanam rasa padanya, sampai-sampai ia merasa perlu menyusulnya ke Binjai. Oh, Tuhan memang pandai menyusun teka-teki. Siti larut dalam ketakjuban pada ketentuan yang dihadiahkan padanya itu. Ia tak terlalu menyimak Mang Sadi yang bercerita macam-macam: perihal Bi Salma yang seumuran dengan dirinya ketika dipinang dulu; perihal Romli yang akan mengambil kuliah di Kairo, dan… pemuda itu baru dipersilahkan Kiai Asep untuk ke sana bila sudah menikah.

Ah, tak peduli Siti pada itu semua. Mendengar nada dan gaya bercerita Mang Sadi saja ia sudah tahu kalau lelaki itu begitu bangga dengan pinangan Romli. Bi Salma pun diyakini Siti setali tiga uang saja. Mungkin, ini saatnya pula bagi Siti menghidangkan madu pada mereka, setelah sekian lama ia selalu disuapi susu….

“Tentu saja, anak orang alim itu akan memilih istri yang baik. Dan itu kau, Siti.” Mang Sadi memberi tekanan lebih pada kalimat terakhir ini hingga membuat Siti sedikit jumawa. “Tak usah kau pikirkan perihal pandangan orang tuanya. Mereka orang yang baik. Bahkan minggu depan mereka akan ke sini langsung meminangmu. Hanya satu pinta kami, ijab-kabul kalian mesti terselenggara di Binjai, Nak. Biar orang-orang tahu kalau anak gadis ambikkan kami bertuah, dapat dibanggakan….”
Siti tersenyum.

“Sekalianlah malam pertama kalian di rumah panggung sanak kita di kampung ujung…” lanjut Mang Sadi.

Wajah Siti berona-rona. Malu.

“Cukup luas, Nak,” sambung Bi Salma.

“Ya, setelah itu pergilah kalian ke Linggau, ke Mesir sana…. Ai, bangganya kami, Nak.” Mang Sadi menerawang . Air mukanya cerah.

“Jadi…” kata Bik Salma.“Tak usah kau ber…kereta….”

Wajah Mang Sadi tiba-tiba tegang. Tatapannya tajam pada Bi Salma, seakan-akan wanita itu baru saja mengutarakan sebuah kekeliruan (sebenarnya telah melakukan kekeliruan: kekeliruan yang besar selama empat tahun gadis itu bersama mereka!!!).

Dua laki-bini itu bergegas ke dalam. Dan… perang pun menyala di situ. Mereka saling menyalahkan sekaligus menakutkan terjadinya hal-hal yang dikhawatirkan. Ohhh... pamali itu? Siti tak berani mendekat, bahkan menguping sedikitpun. Tapi… mereka terlampau keras suaranya. Walau tak begitu jelas kalimat yang mereka lontarkan, tapi beberapa kata yang sayup-sayup terdengar, membuat Siti bergidik. Malam pertama, kereta unta, gendang, pecah, darah, perawan….

***

SUBUH masih basah. Embun baru saja menyingkir dari pucuk-pucuk karet. Tapi penduduk kampung sudah mengerumuni rumah panggung itu. Bukan, bukan beberapa mobil mewah Haji Asep beserta rombongannya yang mereka kerubungi. Tapi… perihal gadis berkereta-untalah yang menyeret mereka ke sana. Selanjutnya, mulut-mulut mereka mulai bekerja. Melumat kebanggaan Bi Salma dan Mang Sadi yang belum genap berusia satu hari.

“Pak Sadi, kami malu. Malu sekali. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kami tak akan memanjangkan tali kelambu. Sesegera mungkin akan kami urus ke KUA. Bila perlu dalam hitungan hari saja surat cerai akan dikeluarkan.” Haji Asep berusaha meredam emosinya.

“Romli…!!!” Hajjah Mala memanggil anaknya. “Sudah kau talak si Siti?!”

Maka bergegaslah Romli menaiki jenjang, menuju kamar pengantin itu. Secepat kilat ia kembali. (Oooh, terbayangkah bagaimana bila engkau yang menjadi gadis pucat bermata sembab di kamar itu?). Lalu Romli segera masuk ke mobil. Diikuti kedua orangtuanya dan serombongan sanak keluarga yang lain.

Kendaraan-kendaraan mewah itu menderu menerbangkan embun-embun debu. Mereka ke Binjai cuma mengantarkan orang-orang kampung seikat bahan gunjingan baru, untuk mereka lalap di kedai, meja makan, anak jenjang, jamban anak Musi, dan rimba-rimba karet. Tak ada yang peduli pada gadis yatim-piatu di dalam rumah pengantin itu. Sambil mengulum senyum, mereka hanya menonton Bi Salma yang menenangkan suaminya yang membanting-banting unta besi di halaman rumah panggung. ***

Sumber: www.sriti.com

Selengkapnya...

Offshore Marine Company; 9 job positions

Offshore Marine Company; 9 positions

Posting date : Saturday, August 22, 2009 Expiry date : Saturday, September 05, 2009
OFFSHORE MARINE COMPANY SEEKS THE FOLLOWING PEOPLE

1. Port Captain
You will monitor the daily operation of our vessels and be willing to travel as required. Previous experience as a Master or Chief Officer on board necessary.

2. Technical Superintendent
You must possess full knowledge of marine equipment and be able to troubleshoot. Willing to travel. Previous experience as a Chief Engineer on board necessary.

3. Port Engineer
You must possess full knowledge of marine equipment and be able to troubleshoot. Willing to travel. Previous experience as a First Engineer on board necessary.

4. Vessel Support Engineer
You will provide technical support for our fleet, prepare docking budgets and supervise docking. Willing to travel.

5. Port Electrician
You will be required to troubleshoot and repair electrical problems on board the vessel. Previous experience necessary.

6. Maintenance Engineer
You will be required to repair and overhaul vessel machinery. Willing to travel Previous experience necessary

7. Marketing & Tender Officer
You must be able to prepare ship tender documents for the Oil and Gas Industry, liaise with multinational clients. Previous experience necessary

8. Legal Officer
You will provide advice, assistance, and support to the management by dealing with a wide range of activities related to legal matters.

9. Purchasing Manager
You will be responsible to lead a team to procure vessel parts and equipment. Must be cost conscious and be able to meet strict deadlines. Previous experience necessary.

Excellent salary and benefits package offered for the right person

Please submit your application, CV and recent photograph within 2 weeks to:

recruitment@wintermar.com (not more than 300 KB)
Only short listed candidates will be contacted

Selengkapnya...

Jobs in Abu Dhabi: PROJECT ENGINEER

PROJECT ENGINEER
Category : Engineering/Technical Location : Abu Dhabi
Requirements: Bachelor Degree in Mechanical Engineering. Minimum : 5 years project management experiences in Building
Construction, preferably in MEP Services. Good command of English. Proficiency in AutoCAD.

Responsibilities:

To attend site/ technical meeting and discussion with consultants, main contractor and sub-contractor concerning projects technical and coordination issues.

To take measurements, check and verify all claims made by contractors undertaking the companys work. To prepare monthly progress claims, maintain up to date records of the claims and follow up on the payment certificate for the particular project assigned by the Project Manager.
Email:
Email: alghadi@nexaldes.com
Fax: 02-6432969

Selengkapnya...

Engineers Vacancy PT.Prosys Bangun Persada

PT. PROSYS BANGUN PERSADA is a leading Project Management Consultant in Oil & Gas, Infrastructure, Finance & Banking, Telecommunication, Construction and Properties is growing very fast in Engineering, Procurement, and Construction area, currently searching for highly qualified candidate for the following position:

1. PMT Manager

Qualification:

- S1 or S2 Graduate Majoring in Mechanical, Chemical, Electrical, Physics, Civil or Industrial Engineering from reputable university with more than 13 years Experience in Oil & Gas Project (S2) and more than 17 years experience (S1).

- Maximum of Age 55 years old.

2. Project Planning Controller

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Mechanical, Chemical, Electrical, Physics, Civil or Industrial Engineering from reputable university with more than 8 years Experience in Oil & Gas Project (S1) and more than 15 years experience (D3)

- Maximum of Age 50 Years Old

- Familiar and excellent in using PRIMAVERA

3. Document Controller

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Mechanical, Chemical, Electrical, Physics, Civil or Industrial Engineering from reputable university with more than 5 years Experience in Oil & Gas Project (S1) and more than 10 years experience (D3).

- Maximum of Age 55 Years Old.

4. Project Admin

Qualification:

- D3 or S1 Graduate any Major from reputable University with more than 3 years of experience in Oil & gas Project (S1) and 5 years of experience (D3)

- Maximum of Age 35 Years Old.

5. Electrical & Instrument Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Electrical or Physics Engineering from reputable University with more than 8 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 15 years experience.

- Maximum of Age 45 years Old.

6. Mechanical Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Mechanical Engineering from reputable University with more than 8 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 15 years experience.

- Maximum of Age 45 years old

7. Piping & Pipeline Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Mechanical Engineering from reputable University with more than 8 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 15 years experience.

- Maximum of Age 45 years old

8. Process Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Chemical Engineering from reputable University with more than 8 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 15 years experience.

- Maximum of Age 45 years old

9. Civil / Structural Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Civil Engineering from reputable University with more than 8 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 15 years experience.

- Maximum of Age 45 years old

10. HSE & Inspection Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Environment, Mechanical, Electrical or Industrial Engineering from reputable University with more than 5 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 10 years experience.

- Maximum of Age 45 years old.

11. Procurement Engineer

Qualification:

- D3 or S1 Graduate Majoring in Chemical, Mechanical, Electrical, Physics ,Civil or industrial Engineering from reputable University with more than 5 years experience in Oil & Gas Project (S1) or more than 10 years experience.

- Maximum of Age 45 Years Old.

If you meet the requirement please send your CV to recruitment@prosys.co.id
Selengkapnya...

Menanti Destinasi Wisata Kampung Tugu

Kuburan tua di kompleks gereja tugu.
Di sini para leluhur keturunan Portugis Kampung Tugu,
Semper, Jakarta Utara, ini dikubur.


JAKARTA
Utara penuh dengan potensi wisata yang belum tergarap maksimal. Potensi wisata itu tentu bukan sekadar tempat rekreasi yang pernah disebut Bina Ria. Seperti sudah seringkali disebut wisata budaya dan wisata sejarah - yang diperkenalkan sejak sekitar 2002 oleh Museum Sejarah Jakarta (MSJ) lewat program Wisata Kampung Bersejarah dan kemudian dilanjutkan oleh generasi muda Komunitas Sahabat Museum, Komunitas Historia, dan Komunitas Jelajah Budaya - berkembang cukup pesat. Tren ini tentu harus segera ditangkap oleh pemerintah.


Dari mulut ke mulut kemudian masuk ke milis dan media yang kini sedang digandrungi, Facebook, kegiatan wisata sejarah ini makin mudah diakses bahkan oleh warga Indonesia yang tinggal di belahan bumi lain. Wisatawan asing pun sudah lebih kerap mengarahkan kaki ke bekas Batavia, khususnya ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

Selama ini hanya nama-nama tempat dan kawasan tertentu saja yang menjadi bahan perbincangan serta tujuan wisawatan lokal dan asing. Beberapa peserta wisata sejarah sudah merasakan nikmatnya wisata sejarah ke tempat yang bahkan belum pernah mereka dengar di usia mereka yang menginjak tiga dekade berkomentar senada, "Ternyata Jakarta kaya tempat bersejarah, ya. Tapi kok enggak terurus, enggak ada dalam promosi wisata."

Kembali ke Jakarta Utara, kawasan ini punya banyak warisan yang masih bikin penggemar wisata sejarah antusias meski harus tersengat matahari ketika menuju kawasan itu. Sebut saja Marunda di mana terdapat Rumah Pitung, Masjid Al Alam; Kampung Tugu yang semestinya menyimpan berton-ton warisan budaya, seni, kuliner, dan masih banyak lagi - layaknya sebuah kampung dengan komunitas tertentu di dalamnya. Belum bicara ke Kepulauan Seribu, tentunya.

Anggaran bukan satu-satunya kendala. Sumber daya manusia, khususnya jika bicara persoalan konservasi baik lingkungan dan bangunan, juga seperti menjadi batu penghalang. Mari kita lihat lebih dekat tentang Gereja Tugu di Kampung Tugu, Semper, yang baru kemarin diberitakan akan segera dikonservasi. Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara Nani Ophir bersemangat menjelaskan, Gereje Tugu memang sudah harus segera dikonservasi.

"Karena kami akan mengkonservasi Gereja Tugu, itu kan BCB (benda agar budaya - red) jadi enggak bisa sembarangan. Untuk mengerjakan itu kan harus ada lelang, ketua panitianya harus punya sertifikat. Ini masalah SDM dan sistem administrasi yang harus kita ikuti. Tapi tahun ini gereja itu akan kami konservasi. Harus," paparnya. Baiklah, itu artinya warga Kampung Tugu dan jemaat Gereja Tugu masih harus bersabar menanti sampai bangunan gereja kebanggaan mereka - yang tersisa dari Kampung Tugu - selesai diperbaiki.

Nani juga mengungkapkan rencana konservasi lain yang harus dikerjakan tahun ini yaitu konservasi Masjid Al Alam, rumah Pitung, serta penataan kawasan lingkungan Tugu. Semua ini demi terciptanya destinasi wisata Kampung Tugu. Pertanyaan lain muncul, tahun ini sudah berjalan setengahnya, akankah pekerjaan konservasi di tempat- tempat yang tersebut di atas bisa memenuhi jadwal hingga sebelum Desember tahun ini berakhir?

"Mau bagaimana lagi, anggaran baru turun. Kami masih harus lelang. Tapi kami yakin bisa. Nantinya kuantitas pekerja kami tambah supaya bisa selesai pada waktunya," tandasnya. Sekali lagi, baiklah, semoga dengan waktu yang selalu mepet, konsentrasi pada armada pekerja yang ditambah untuk memenuhi deadline, tak lantas sisi kualitas terabaikan.

Sumber & Photo: http://www.kompas.com


Selengkapnya...