Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Bintan Lagoon, Resor Eksklusif di Kepulauan Riau

Keindahan pantai Bintan Lagoon Resort di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, tak kalah dengan Pantai Kuta, Bali, atau Pantai Pangandaran di Jawa Barat sebelum terjadi tsunami. Garis pantai landai dan panjang, sementara hamparan pasir putihnya melengkapi keindahan laut yang membiru.

Tak jauh dari garis pantai tersedia kedai-kedai minuman dan pondok-pondok terbuka untuk jasa pijat tradisional. Mereka yang merasa lelah setelah menikmati wisata pantai, seperti bermain banana boat atau jet ski, sangat cocok mencoba jasa pijat tradisional tersebut.

Wisata di darat pun cukup banyak digelar oleh Bintan Lagoon Resort, misalnya, pusat latihan bertualang (adventure training centre), tenis, bersepeda, taman gajah, wisata hutan mangrove, dan wisata perkampungan dengan tarif yang bervariasi.

Tempat itu merupakan salah satu kawasan di Bintan Resorts, kawasan wisata internasional dengan luas lahan sekitar 23.000 hektar. Di wilayah wisata tersebut belum seluruh kawasan bisa dikembangkan. Kawasan Bintan Resorts dikelola oleh PT Bintan Resorts Cakrawala (BRC).

Selain Bintan Lagoon Resort (BLR) yang sekarang dikelola The Asian Debt Fund (TADF), di Bintan Resorts, ada resor lain, seperti Nirwana Garden, Banyan Tree, dan Angsana Resort.

Sebelumnya, BLR dikelola oleh Sembawang Coorporation dari Singapura. Namun, November 2005 Sembawang Coorporation menjual kawasan itu kepada TADF.

BLR dilengkapi dengan kamar hotel mewah sebanyak 416 kamar dan 57 vila, dua lapangan golf, restoran, kolam renang, dan sarana rekreasi lainnya.

BLR terkesan demikian eksklusif, seolah diperuntukkan bagi turis dan pengunjung yang berkocek tebal. Manajer Hubungan Masyarakat BLR Tia Ayesha menceritakan, Sultan Pahang dari Malaysia pernah tinggal di BLR lebih kurang sebulan.

Tarif kamar dan jasa kegiatan wisata di tempat itu ditetapkan berdasarkan mata uang dollar Singapura. Bahkan, makanan dan minuman pun demikian. Tarif kamar hotel, bila dikonversi, mencapai jutaan rupiah per malam.

Kawasan BLR, termasuk resor-resor lainnya di kawasan wisata internasional Bintan Resorts, disebut juga eksklusif karena masih sulit ditempuh dengan jalur darat. Orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi sulit datang ke tempat tersebut.

Untuk mencapai kawasan BLR perlu kendaraan pribadi atau setidaknya menyewa kendaraan di Tanjung Pinang, ibu kota Kabupaten Bintan. Jarak tempuh perjalanan sepanjang 60 kilometer, melalui darat dari Tanjung Pinang ke BLR, mencapai satu setengah jam sampai dua jam.

Namun, pengunjung dari Batam yang hendak ke BLR bisa menggunakan kapal cepat, melalui Pelabuhan Lobam. Waktu tempuhnya sekitar 45 menit.

Kebanyakan tempat wisata itu dikunjungi turis asing, seperti dari Korea, Jepang, dan Eropa. Mereka masuk ke kawasan Bintan Resorts, termasuk BLR, melalui Singapura. Dari Singapura, turis menggunakan kapal feri ke Pelabuhan Lobam dengan jarak tempuh selama lebih kurang satu jam. Setelah itu, turis dapat naik kendaraan khusus atau bus yang sudah dicarter agen perjalanan wisata.

Tingkat hunian 75 persen

Menurut Tia, turis yang datang ke kawasan wisata itu cukup banyak. Tingkat hunian hotel mencapai 75 persen pada Agustus 2006. "Bulan Juli, tingkat hunian mencapai 80 persen," katanya.

Kedatangan pengunjung dari Korea dan Jepang rata-rata per bulan cukup konsisten, meskipun lama tinggal cuma dua sampai tiga hari. Turis dari negara-negara Eropa umumnya berdatangan pada akhir tahun dengan waktu tinggal yang cukup lama, yaitu lima hari sampai tiga pekan.

Menurut data, pengunjung di kawasan Bintan Resorts pada tahun 2001 sebanyak 340.465 orang. Jumlah itu kemudian turun—setelah bom Bali—menjadi 332.108 orang pada tahun 2002. Bahkan, pada tahun 2003 jumlah pengunjung turun lagi menjadi 263.058 orang. Penurunan jumlah pengunjung diperkirakan akibat adanya wabah SARS.

Pada tahun 2004 jumlah pengunjung agak menggembirakan, yakni menjadi 300.827 orang, sedangkan tahun 2005 tercatat 288.083 orang.

Tia mengakui, selama ini, sejak 10 tahun berdiri, kebanyakan turis masuk melalui Singapura di kawasan wisata internasional BLR. Namun, sekarang sudah dibuka transportasi laut dari Batam.

Tia menambahkan, masalah transportasi memang menjadi kendala untuk menarik pengunjung, baik asing maupun domestik dari beberapa pintu masuk seperti Jakarta, Medan, atau Manado. Lapangan terbang yang ada di Kijang, Kabupaten Bintan, katanya, belum mampu melayani pesawat terbang ukuran besar, seperti Boeing.

Lapangan terbang Kijang di Bintan hanya mampu melayani pendaratan pesawat kecil.

Selain itu, lanjut Tia, promosi kawasan wisata budaya masih kurang. Berbeda dengan Bali, promosi wisata budaya sangat tinggi. Karena itu, pihak Bintan Resorts pun berupaya mempromosikan budaya melayu.

Promosi kawasan wisata Bintan Resorts selama ini justru lebih banyak dilakukan pihak Singapura melalui Singapore Tourism Board.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau Robert Iwan Loriaux, kawasan wisata Bintan Resorts memberi kontribusi pendapatan asli daerah sebesar Rp 5 miliar sampai Rp 6 miliar per bulan.

Sayangnya, perekonomian rakyat dapat dikatakan belum terdongkrak atas keberadaan kawasan tersebut. Diharapkan, ke depan perekonomian rakyat, seperti produk kerajinan, mampu lebih diberdayakan.

Sumber: www.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar