JAYAPURA (MI): Festival Danau Sentani (FDS), kemarin, dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik. Festival yang melibatkan 1.200 penari yang beratraksi di atas perahu dan darat serta atraksi kebudayaan asli Sentani, Papua itu baru kali pertama diselenggarakan.
Atraksi lain dalam FDS ini ialah ritual kebudayaan masyarakat asli Sentani yang hingga kini masih dilestarikan yakni memanggil buaya. Dan yang tidak kalah serunya, kebolehan kaum hawa asal Sentani, yang mengisap rokok secara terbalik (api di dalam mulut) turut menyemarakkan suasana.
Festival yang didukung penuh dan digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura ini akan dijadikan sebagai agenda tahunan pariwisata nasional di tanah Papua.
Menbudpar Jero Wacik saat memberikan sambutan mengatakan keindahan Danau Sentani dan budaya masyarakat asli Papua di Sentani menjadi daya pikat tersendiri di bidang pariwisata. Untuk itu, ia pun meminta kepada penyelenggara pariwisata turut serta mempromosikan kekayaan budaya dan alam yang dimiliki Kabupaten Sentani dalam berbagai event promosi pariwisata.
Ia pun meminta kepada masyarakat di sekitar Danau Sentani, agar lebih menggalakkan potensi pariwisata. Keindahan alam Papua akan semakin tersohor jika dipadukan dengan konsep pengembangan pariwisata modern yang bisa mendatangkan turis dari dalam negeri maupun mancanegara.
Jika hal itu bisa diwujudkan maka devisa yang diperoleh khususnya di bidang pariwisata akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
"Sebagai contoh, bila turis asal Jepang berkunjung ke Danau Sentani. Uang yang dibawanya akan dipakai untuk biaya akomodasi, penginapan dan membeli suvenir yang dijual masyarakat setempat," jelasnya disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Pembukaan FDS 2008 kemarin dihadiri sebagian besar kepala dinas pariwisata se-Indonesia, guna melihat keelokan yang dimiliki Danau Sentani. Seusai membuka acara, Jero Wacik beserta Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae, dan Gubernur Papua Barnabas Suebu berkesempatan mengitari danau dengan menggunakan kapal motor tempel, seraya menyaksikan tari-tarian masyarakat Papua di atas perahu berjalan.
Acara FDS yang diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp50 miliar itu akan diselenggarakan hingga Sabtu (21/6) mendatang. (FO/H-1)
Sumber: Media Indonesia
Atraksi lain dalam FDS ini ialah ritual kebudayaan masyarakat asli Sentani yang hingga kini masih dilestarikan yakni memanggil buaya. Dan yang tidak kalah serunya, kebolehan kaum hawa asal Sentani, yang mengisap rokok secara terbalik (api di dalam mulut) turut menyemarakkan suasana.
Festival yang didukung penuh dan digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura ini akan dijadikan sebagai agenda tahunan pariwisata nasional di tanah Papua.
Menbudpar Jero Wacik saat memberikan sambutan mengatakan keindahan Danau Sentani dan budaya masyarakat asli Papua di Sentani menjadi daya pikat tersendiri di bidang pariwisata. Untuk itu, ia pun meminta kepada penyelenggara pariwisata turut serta mempromosikan kekayaan budaya dan alam yang dimiliki Kabupaten Sentani dalam berbagai event promosi pariwisata.
Ia pun meminta kepada masyarakat di sekitar Danau Sentani, agar lebih menggalakkan potensi pariwisata. Keindahan alam Papua akan semakin tersohor jika dipadukan dengan konsep pengembangan pariwisata modern yang bisa mendatangkan turis dari dalam negeri maupun mancanegara.
Jika hal itu bisa diwujudkan maka devisa yang diperoleh khususnya di bidang pariwisata akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
"Sebagai contoh, bila turis asal Jepang berkunjung ke Danau Sentani. Uang yang dibawanya akan dipakai untuk biaya akomodasi, penginapan dan membeli suvenir yang dijual masyarakat setempat," jelasnya disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Pembukaan FDS 2008 kemarin dihadiri sebagian besar kepala dinas pariwisata se-Indonesia, guna melihat keelokan yang dimiliki Danau Sentani. Seusai membuka acara, Jero Wacik beserta Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae, dan Gubernur Papua Barnabas Suebu berkesempatan mengitari danau dengan menggunakan kapal motor tempel, seraya menyaksikan tari-tarian masyarakat Papua di atas perahu berjalan.
Acara FDS yang diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp50 miliar itu akan diselenggarakan hingga Sabtu (21/6) mendatang. (FO/H-1)
Sumber: Media Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar