Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Taman Hutan Raya Murhum

A. Dasar Hukum, Letak, dan Luas
Kelompok hutan Gunung Nipa-Nipa seluas kurang lebih 8.146 ha yang terletak di Kabupaten Dati II Kendari ditunjuk sebagai Taman Hutan Raya MURHUM berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 289/Kpts-11/95 tanggal12 Juni 1995. Sebelumnya telah dinyatakan sebagai taman hutan raya oleh Gubernur KDH TK I Sultra pada tanggal 6 Desember 1993 dengan SK Nomor 808 Tahun 1993. Murhum adalah nama Raja Buton terakhir dan Sultan Buton yang pertama (perubahan dari sistem kerajaan menjadi kesultanan).

Sebelum ditunjuk sebagai tahura, kelompok hutan Gunung Nipa-Nipa terdiri dari Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (seluas ± 972 ha), Hutan Produksi Terbatas (± 4.209 ha), dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 2.965 ha. Latar belakang penunjukkannya sebagai tahura karena kelompok hutan Gn. Nipa-Nipa memiliki potensi sumberdaya alam berupa keanekaragaman jenis flora dan fauna, tipe ekosistem dan obyek wisata alam yang cukup menarik serta merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa yang dilindungi undang-undang.

Kelompok hutan Gn. Nipa-Nipa juga memiliki arti penting bagi pengaturan tata air dan pencegahan bahaya erosi dan banjir, serta pendangkalan pantai di sekitarnya (terutama Teluk Kendari).

Tahura Murhum secara geografis terletak di antara 05°13' -05°24' LS dan 122°29' -122°56' BT. Secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Kendari dan Mandonga (Kodya Kendari), dan Kecamatan Soropia (Kabupaten Kendari). Sedangkan secara administrative kehutanan termasuk wilayah RPH Kendari, BKPH Kendari, KPH Kendari.

B. Potensi
Tahura Murhum terletak pada ketinggian 25 -500 m (dpl), dengan topografi landai, berbukit hingga bergunung. Kelerengan berkisar antara 15 sampai 40 %, dengan jenis tanah Podzolik merah kuning. Tipe iklim D. dengan curah hujan tahunan rata-rata 1.900 mm. Bulan kering jatuh pada bulan Agustus-Oktober. Suhu berkisar antara 19° hingga 33° C. dengan kelembaban 83%.

Tipe ekosistem hutannya termasuk hutan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah. Potensi flora dan fauna cukup tinggi dengari komposisi flora yang beragam. Zona pinggiran fIoranya terdiri dari semak, perdu, dan pohon-pohonan dengan garis tengah batang dibawah 10 cm. Sedangkan zona tengah sebagian masih berupa hutan primer. Jenis tumbuhan yang dijumpai di dalam kawasan antara lain kayu besi (Metrosideros petiolata), eha (Castanopsis buruana), bolo-bolo (Adenandra celebica), bolo-bolo putih (Thea lanceolata), kayu puta (Baringtonia racemosa), Parinari sp., pandan tikar (Pandanus aurantiacus), Parinari sp, berbagai jenis palem (Nengelfa sp., Pinanga caesia, dan Ucuala sp.), serta rotan (Daemonorops sp.), rotan batang (Calamus zolfingeri), rotan lambing (Calamus ornatus var. celebicus).

Satwaliar yang berhabitat di dalam kawasan, antara lain: anoa, rusa, kuskus, musang Sulawesi, rangkong, kesturi Sulawesi, elang laut (Haliastus leucogaster), dan beberapa jenis kupu-kupu.

Tahura Murhum memiliki potensi dan prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai tempat rekreasi dan wisata alam, karena letaknya dekat kota Kendari Potensi wisata alam berupa air terjun (setinggi ± 15 m), serta panorama indah teluk dan kota Kendari dari ketinggian.

Tahura Murhum juga memberikan manfaat langsung untuk masyarakat Kendari di sekitar kawasan, yakni sebagai penyedia I sumber air bersih. Banyak penduduk yang memasang pipa untuk mengalirkan air dari kawasan ke rumah tempat tinggalnya. Selain itu, buah eha yang banya.k terdapat di hutan sangat digemari serta bernilai ekonomi.

Sampai saat ini Tahura Murhum dikelola oleh Resort KSDA Soropia (2 personil), dengan fasilitas pengelotaan berupa pondok kerja di Soropia dan jalan patroli.

C. Cara Pencapaian
Tahura Murhum dapat dicapai dengan mudah melalui jalan-jalan kecil (lorong) sepanjang jalan protokol kota Kendari, di Kelurahan Kemaraya, Benu-Benua, Tipulu, Sodohoa, Gunung Jati, dan Mangga Dua. Air terjun dapat dicapai melalui lorong PMI (Kemaraya) kemudian berjalan kaki lewat jalan setapak sejauh 3,5 km dengan waktu tempuh ± 2 jam (kondisi medan agak berat). Selain air terjun daya tarik wisata lain berupa meriam kuno, dan puncak-puncak bukit tempat kita bisa melihat kota dan Teluk Kendari dari ketinggian.

D. Kegiatan dan Permasalahan
Permasalahan yang sangat menonjol berupa perambahan kawasan untuk pemukiman dan perladangan. Apabila tidak ditangani dengan serius hal ini dapat menyebabkan meningkatnya laju erosi yang akan mengakibatkan pendangkalan Teluk Kendari. Dampak yang sudah terlihat adalah tidak mampunya sistem drainage kota untuk menampung limpasan permukaan (run off) sewaktu turun hujan, sehingga mengakibatkan timbulnya genangan-genangan di beberapa tempat. Kerusakan hutan Nipa-Nipa dapat pula mengancam fungsi pengatur tata air, terutama sebagai penyedia air bersih bagi penduduk sekitar. Gangguan lain adalah penebangan kayu, terutama kayu besi dan bolo-bolo untuk bahan bangunan, serta pemungutan kayu bakar yang dilakukan penduduk sekitar kawasan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan Tahura. Selain itu perlu disusun Rencana Pengelolaan Tahura Murhum sebagai pedoman kegiatan pengelolaan dan pengembangannya dalam jangka panjang.

Kegiatan yang pernah dan sedang dilaksanakan antara lain: reboisasi oleh Dinas Kehutanan, Eksplorasi flora dan fauna oleh LlPI pada tahun 1994, pembinaan daerah penyangga di desa Toronipa, berupa pemberian bantuan bibit buah (mangga dan durian), penyusunan Rencana Pengelolaan Tahura Murhum oleh Sub BKSDA Sultra (dilaksanakan tahun 1997), serta tata batas kawasan oleh Sub BIPHUT Kendari (rencana pefaksanaan pada tahun 1997).

sumber:
Informasi Kawasan Konservasi Provinsi Sulawesi Tenggara, BKSDA Sultra

0 komentar:

Posting Komentar