Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

CAP GO MEH

Pengamat Agama Khonghucu di Indonesia berdomisili di Batam

Perayaan Hari Raya Imlek berlangsung selama 15 hari, mulai dari tanggal 1 sampai 15 bulan satu Imlek atau yang dikenal dengan sebutan Cap Go Meh, merupakan Hari Raya Bulan Purnama yang disebut juga hari raya kecil. Sebutan Cap Go Meh diambil dari dialek Hokkian yang berarti malam di hari ke lima belas. Pada Tanggal 15 Imlek jatuh tepat bulan purnama, maka di saat Cap Go Meh adalah saat bulan purnama pertama dalam kalender Imlek. Permulaan bulan purnama ini melambangkan sifat Maha Sempurna Thian (sebutan Tuhan bagi umat Khonghucu), sebagai Khalik semesta alam (sifat Gwan), sehingga Cap Go Meh disebut juga Siang Gwan.


Dirayakan pada saat Gwan Siau atau malam purnama raya bulan Cia Gwee (bulan kesatu), dipenuhi suasana bahagia dan gembira, melaksanakan persujudan kehadirat Thian juga dilakukan penghormatan besar kepada para Suci (Sin Beng/dewa-dewa) yang dihayati sebagai perantara Thian menurunkan berkah dan rakhmat-Nya. Gwan berarti utuh/bulat dan Siau berarti tengah malam, yang diartikan sebagai perayaan malam purnama raya.


Persembahyangan dengan Thiam Hio (melalui asap dupa sebagai sarana perantara dengan para suci) maupun upacara besar. Biasanya upacara ini bersifat syukuran yang dilakukan baik di dalam keluarga, bio/klenteng. Gwan Siau melambangkan saat mulai diturunkan berkah atas penghidupan dalam tahun yang bersangkutan dimana Thian melimpahkan segala berkah karunia rahmat-Nya kepada manusia atas penghidupan dalam tahun yang bersangkutan. Hari-hari suci yang melambangkan kasih Thian ini patut dimuliakan. Semoga meneguhkan Iman bagi yang melaksanakan tugas suci ini dan dapat melaksanakan kewajiban hidup yang Thian firmankan.


Cap Go Meh, sekaligus sebagai pertanda berakhirnya perayaan Hari Raya Imlek dan umat (Khonghucu) siap melaksanakan tugas kewajiban hidup masing-masing secara maksimal. Meskipun selama limabelas hari telah melakukan usaha, namun kegiatan tersebut belumlah maksimal. Karena selama lima hari telah dipergunakan silaturrahmi baik menerima tamu maupun membalas kunjungan ke orang tua, saudara, sesama kerabat, teman-sahabat dan tetangga. Di beberapa di negara Asia, umumnya berlibur selama empat hari termasuk di tanah air pada beberapa daerah, di hari kelima sudah memulai aktivitas seperti biasa.

Menolak Bala

Pada permulaan usaha disana-sini tampak atraksi barongsai terutama di pusat perdagangan. Para pengusaha yang bermaksud mengundang barongsai dengan cara menggantungkan seikat sayur dan sebuah angpau di depan rumah/toko/kantor. Atraksi barongsai ini terkandung maksud ritual religius sebagai simbolisasi menolak bala pada tahun tersebut dan tentu saja penuh harapan akan kelancaran dan keberhasilan dalam menjalankan bisnisnya tanpa rintangan yang berarti meskipun dunia usaha yang kian hari semakin ketat kompetiternya.


Syukuran Cap Go Meh di Indonesia (pulau-pulau besar terutama Pulau Jawa) di tandai makanan khas yaitu lontong Cap Go Meh (identik hari Raya Ketupat), yang melambangkan perpaduan budaya yang sangat indah dan harmonis melalui akulturasi budaya secara alami. Bahkan sejarah masa lalu kegembiraan Cap Go Meh bukan saja menjadi kegembiraan umat Khonghucu saja dan masyarakat Tionghoa, melainkan menjadi kegembiraan semua warga bangsa dalam acara hiburan rakyat.


Di era reformasi nuansa indah nan-harmonis ini terasa kembali ditengah masyarakat seperti yang akan diadakan kegiatan pawai seni budaya menyambut Cap Go Meh di Kota Madya Tanjung Pinang. Menurut keterangan dari Ketua Perhimpunan Tionghoa Indonesia (INTI) Provinsi Kepulauan Riau Harsono, bahwa pawai menyambut perayaan Cap Go Meh akan dilepas oleh Gubernur Kepri bersama Wali Kota Tanjung Pinang serta segenap Muspika di depan kediamannya. Pawai ini akan dimeriahkan dengan barongsai, lampion lebih kurang seribu buah dan Reog. Di samping sebelumnya telah dimeriahkan pasal malam menjelang Hari Raya Imlek atas partisipasi segenap lapisan masyarakat terutama pemerintah daerah. Pawai seni budaya yang akan ditampilkan hendaknya tidak hanya sebatas atraksi barongsai, atraksi naga, wushu, drama saja melainkan adalanya partisipasi dari elemen budaya yang tumbuh dan berkembang di daerah tersebut seperti Reog. Dalam kontek pesta rakyat ini harmoni dan persaudaraan menjadi semangat perayaan Cap Go Meh sehingga segenap lapisan elemen masyarakat dapat bahu membahu turut serta mensukseskan sebuah kegiatan pesta rakyat..


Kegiatan semacam ini setidaknya ; (1) Menghidupkan keramaian kota. (2) Kunjungan wisata bagi masyarakat di daerah sekitarnya bahkan turis manca Negara terutama yang daerah perbatasan dari Singapore dan Malaysia. (3) Menghidupkan sektor rial bagi Usaha Kecil Menegah disegala sektor terutama transportasi laut, darat, akomodasi penginapan, warung dan perdagangan, terutama pedagang kaki lima. (4) Ajang promosi potensi wisata daerah, agar semakin meluas daerah-daerah wisata dikenal oleh masyarakat luas. (5) Adanya hiburan rakyat tahunan, sehigga memberikan kesan kepada kita semua bahwa menjelang datangnya Imlek segera bisa menikmati hiburan bersama keluarga di saat Cap Go Meh.

Festival Seni Budaya

Kegiatan memeriahkan Cap Go Meh sudah dikenal sejak Dinasti Han 206 SM. Dalam kegiatan pada waktu itu diadakan pemasangan atribut-atribut seni kerajinan masyarakat terutama lampion (Teng Long) dan kegiatan masyarakat lainnya. Seperti pertunjukan seni bela diri, teka-teki, atraksi barongsai, atraksi naga, sulap, termasuk keramaian pasar malam. Dari kegiatan ini yang paling ramai adalah teka-teki yang pertanyaannya dimasukkan dalam lampion.


Pada masa Orba secara nasional kegiatan Cap Go Meh nyaris tidak dilakukan dalam bentuk apapun kecuali melakukan ritual di Klenteng-klenteng, namun di pelosok-pelosok masih sempat memeriahkan Cap Go Meh seperti kepulauan Riau masih dapat melakukan kegiatan pentas seni budaya yang diadakan di Klenteng-klenteng berupa pertunjukan pentas seni suara/panggung gembira berlangsung hingga kini masih dilestarikan.


Kerumunan masyarakat di area pentas seni budaya melahirkan nuansa meriah bersuka ria sekaligus sebagai ajang untuk saling bersilaturahmi bagi yang masih belum sempat saling beranjangsana.


Era reformasi menghidupkan kembali kegiatan pesta rakyat di masa lalu pasca Inpres Nomor 14 tahun 1967. Pesta rakyat disejumlah daerah dahulu melibatkan semua lapisan masyarakat (suku) yakni dengan menampilkan seni budaya masing-masing kelompok dalam acara pesta rakyat Cap Go Meh. Cap Goh Meh yang diadakan 15 hari setelah perayaan hari raya Imlek. Sebagai Contoh di Jakarta Barat, sebagian jalan Pancoran akan ditutup tanggal 23-24 Februari mendatang sebagai pusat perayaan pesta rakyat yang akan dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Kegiatan tersebut akan melibatkan sejumlah sanggar bela diri wushu dan pencak silat dari pelbagai perkumpulan Betawi serta Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI), tampil dalam Festival Cap Go Meh.


Menurut informasi Ketua Komda Matakin Kalimantan Barat Ir.Sakandi Talok, bahwa untuk tahun ini di Singkawang (Kalbar), pesta rakyat dimeriahkan dengan tampilnya naga raksasa dengan tinggi kepala delapan meter dan sepanjang 288 meter dengan diameter lima meter, terbuat dari kain yang digunakan sebagai jalan masuk menuju pusat perayaan Cap Go Meh. Inilah salah satu kreasi yang lahir sebagai penunjang kemeriahan suatu pesta rakyat semakin semarak.
Menurut pendapat penulis, kegiatan pentas seni budaya sebagai hiburan rakyat tahunan seyogyanya atau sebaiknya dalam perayaan tidak terbawa arus eforia. Masyarakat hendaknya bersikap arif bijaksana, sehingga tidak kebablasan melampaui batas kewajaran, tidak berlebihan. Segala kegiatan tersebut diadakan hendaknya menyesuaikan kondisi Bangsa Indonesia, terutama di dalam hidup berbangsa dan bernegara, peka akan kondisi lingkungan sekitarnya masing-masing dengan mengedepankan jalinan hubungan kehormanisan, keselarasan dalam pergaulan sosial kemasyarakatan.


Nuansa Cap Go Meh boleh meriah, berbagai seni budaya boleh ditampilkan, segala itu tanpa meninggalkan makna spiritual dan filosofinya. Di dalam kemeriahan tidak kehilangan intropeksi diri. Di segala harapan tidak kehilangan sujud dan syukurnya ke Sang Khalik yang Esa. Selamat merayakan Cap Go Meh, semoga melalui seni budaya ini semakin mempeerat tali persaudaraan kita semua. ***

0 komentar:

Posting Komentar