Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Menggali Potensi Wisata Laut Kepri


Tempat start dan finish lomba Dragon Race. Di samping lomba "Kapal Naga" yang dikayuh 13 orang, juga dilombakan kano dan mendayung perahu tradisional. [Foto-foto: Pembaruan/YW Nugroho]

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)-sesuai namanya-memiliki wilayah laut sebesar 95 persen. Di situ terdapat ribuan pulau yang membentang mulai dari utara, yakni Pulau Batam sampai ke selatan, Pulau Singkep.

Luas wilayah Provinsi Kepri adalah 252.602 km persegi dan 95 persennya adalah air berupa laut. Ribuan pulau besar dari kecil bertebaran di wilayah Kepri dengan segala macam potensi (dan masalahnya tentu), mulai dari tambang, perikanan, perdagangan antar pulau sampai pariwisata laut (marine tourist).

Tentu masih banyak potensi wilayah ini, dan yang saat ini tengah gencar digarap adalah sektor pariwisata. Di Kepri, menurut pengakuan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kepri, Robert Iwan Loriaux baru-baru ini di sela-sela acara "Tour De Kepri", di Tanjungpinang, sektor pariwisata menyumbang rata-rata 50 persen bagi pendapatan asli daerah (PAD) di enam kabupaten/kota yang ada. Di Kabupaten Bintan misalnya, yang berada di balik Kota Tanjungpinang, PAD dari sektor pariwisata bisa mencapai Rp 5 miliar setiap bulannya.

Namun diakuinya juga, sektor pariwisata belum tergarap dengan baik, apalagi pariwisata laut. Karena itu mulai digarap dengan "Tour De Kepri" yang berpusat di Tanjungpinang. Antusiasme peserta juga menggembirakan, dan "Tour De Kepri" yang pertama kali ini diikuti 32 peserta dari 11 negara.

Dalam "Tour De Kepri" peserta diundang berlayar dari Batam menuju Tanjungpinang menggunakan yacht mereka masing-masing. Tentu yang juga mengasyikkan, mereka sebenarnya sudah berlayar dari masing-masing negara, sejak beberapa hari sebelumnya.

Terbanyak adalah peserta dari Singapura yang memang hanya berjarak sekitar satu atau dua jam berlayar. Mereka bukan hanya mengikuti pelayaran dari Batam ke Tanjungpinang, namun juga dihibur dengan berbagai lomba dan jamuan makan malam oleh Pemprov Kepri. Tanjungpinang adalah ibu kota Provinsi Kepri yang baru berusia empat tahun. Sayangnya event "uji coba" ini seperti tidak mendapat dukungan dari para pejabatnya. Gubernur Kepri Ismeth Abdullah dan juga Wali kota Tanjungpinang sebagai "host" tidak hadir pada jamuan makan malam bagi peserta "Tour De Kepri".

Bendera dari negara-negara peserta "Tour De Kepri" dikibarkan di kapal pemandu, di Tanjungpinang, Sabtu (25/11) siang.


Para peserta "Tour De Kepri", melambaikan tangan mereka sesampainya di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Sabtu (25/11) siang.

Masih Baru

Wisata laut bagi Pemprov Kepri memang masih baru, begitu pengakuan Robert Iwan, dan sebagai wilayah kepulauan, potensinya memang luar biasa. Tinggal bagaimana mengelola dan mengoptimalkannya. Seperti disebutkannya, kendala dalam mengembangkan wisata laut di Kepri adalah infrastruktur, komunikasi dan energi.

Harus diakui, jika semua prasarana dan sarana sudah memadai, potensi wisata laut dapat dipastikan bisa menjadi "mesin uang" yang tidak main-main. Bali, sekali lagi sebagai contoh sudah membuktikannya, walau akhir-akhir ini berada di masa sulit pasca Bom Bali di tahun 2003 lalu.

Di luar negeri, wisata laut banyak yang sudah membuktikan betapa luar biasanya. Di Hawaii, AS, Pattaya, di Thailand dan Malaysia, bahkan di Singapura yang menjadi tetangga Provinsi Kepri, sudah merasakan betapa menggiurkannya wisata laut, Demikian juga di banyak wilayah di Indo- nesia.

Namun problem klasik dan klise harus diakui sering menjadi kendala dalam mengoptimalkan potensi yang ada. Di Pemprov Kepri misalnya, dari ratusan pulau yang potensial, sama sekali tidak didukung infrastruktur yang memadai. Soal sederhana, transportasi antarpulau yang layak, terjangkau dan kontinyu misalnya, belum bisa dikatakan memenuhi syarat. Belum lagi kalau harus berbicara akomodasi yang memberi pelayanan nyaman dan aman, tampaknya akan membuat surut minat para wisatawan, utamanya wisatawan asing.

Masih banyak pulau di Kepri yang sama sekali belum tersentuh dalam arti layak bagi wisatawan. Tentu perkecualian bagi wisa- tawan yang benar-benar ingin bertualang mencoba menjelajahi pulau yang relatif masih perawan. Namun, perilaku wisatawan yang ingin semuanya tersedia secara lengkap belum bisa dipenuhi jika datang ke Kepri.

"Tour De Kepri" mungkin bisa menjadi cermin bagaimana menata dan mengelola wisata laut secara komprehensif. Seperti diakui Robert Iwan, ada peserta yang ingin menjelajah ke beberapa pulau namun terkendala imigrasi yang tidak memperbolehkan berlayar ke semua pulau. Padahal sailing permit-nya untuk seluruh Indonesia. "Dia harus kembali ke Nongsa Point Marina (di Batam) yang jaraknya 20 jam berlayar, ini kan susah, saya juga nggak bisa jawab," katanya.

Hal-hal semacam itu tentu tidak diinginkan kembali terjadi di masa yang akan datang. Robert Iwan menyebutkan perlunya koordinasi di antara instansi yang ada. Karena itu Pemprov Kepri ke depan merasa antusias mengadakan event lagi, semisal yang sudah dijadwal adalah lomba foto bawah laut dan diving di Pulau Anambas, di Kabupaten Natuna.

Natuna adalah wilayah paling utara dari Indonesia dan merupakan pulau terluar berbatasan dengan beberapa negara tetangga. Event di Pulau Anambas menurut

rencana dilangsungkan pada 28 April 2007. Pemprov Kepri juga membuka peluang bagi para wisatawan yang ingin berlayar secara perorangan tanpa harus menunggu event tertentu.

Untuk yang satu ini memang diperlukan jaminan keamanan bahwa berlayar menjelajahi pulau di kawasan Kepri bukan hal yang berbahaya atau mengerikan. Namun memang tidak mudah, apalagi Selat Malaka selama ini dikenal sebagai jalur yang padat dan sibuk.

Sementara wisata laut -seperti juga wisata lainnya- sangat tergantung pada kondusif tidaknya suatu kawasan. Kejadian negatif di satu wilayah Indonesia, di Papua atau Bali misalnya, sudah pasti mempengaruhi kawasan wisata lainnya, termasuk di Kepri. Sektor wisata memang memerlukan situasi yang kondusif dan sekaligus tergantung benar pada hal itu.

Kepri yang menargetkan 3 juta wisatawan asing sampai 2010 nanti masih harus banyak berbenah. Bukan hanya event yang diperbanyak, namun segala hal harus disiapkan, termasuk misalnya yang terlihat sepele, yakni laut yang bersih dan bebas dari sampah. Selama ini laut di sekitar pulau- pulau besar di Kepri seperti tempat sampah raksasa, menjadi tempat orang membuang segala benda yang tidak lagi terpakai.

Event sehebat apa pun bisa tidak membuat menarik wisatawan asing untuk datang jika infrastruktur, fasilitas akomodasi dan transportasi, pelayanan dan keamanan serta kenyamanan tidak optimal. Diperlukan kerja keras semua pihak agar wisata, ter- utama wisata laut dan wisata belanja, di Kepri mengalahkan pulau kecil tetangganya yang bernama Singapura.

Sumber: Suara Pembaharuan

0 komentar:

Posting Komentar