Home | Berita Opini | Peta Wisata | Wisata Alam | Seni Pertunjukan | Wisata Belanja | Wisata Bahari | Wisata Budaya | Wisata Boga | Wisata Museum | Wisata Religi | Wisata Sejarah | Cerpen
Share/Save/Bookmark

Wisata Sumur Minyak di Bojonegoro

Bojonegoro-Sumur angguk dan api alam di kawasan hutan Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro bisa dikembangkan sebagai obyek wanawisata. Menelusuri hutan di kawasan Malo terasa sejuk, sesekali terdengar kicauan burung. Di kawasan itu juga terdapat 16 sumur minyak tua peninggalan Belanda yang saat ini sebagian dikelola masyarakat setempat.

Minyak-minyak mentah itu ditambang secara tradisional dan dikelola koperasi lalu disetor ke PT Pertamina. Warga hanya menggunakan mesin diesel sebagai pengganti tenaga manusia yang menarik kawat slig baja untuk mengambil minyak dari dalam perut bumi denga n kedalaman ratusan meter.

Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan Parengan, Kristomo yang membawahi wilayah Malo, Rabu (21/1) mengatakan bila minyak-minyak itu dikelola dengan baik dan masyarakat menerima imbalan jasa atas penambangan tradisional akan berdampak positif bagi kelestarian hutan. "Kalau secara ekonomi mereka bagus, penghasilan cukup, ketergantungan mereka pada hutan bisa dikurangi," katanya.

Menurut dia para pencari kayu rencek (kayu bakar) hanya bisa memperoleh hasil Rp 15.000. Para pencari rencek hanya bisa mencari rencek sekali karena memang jaraknya jauh dan jalannya naik turun.

Oleh karena itu dia berharap bisa bersinergi dengan masyarakat sekitar hutan dan berkoordinasi dengan Pertamina dan pemerintah agar masyarakat sekitar hutan lebih bisa diberdayakan secara ekonomi. Dia melihat sumur-sumur minyak tua bisa dikelola tetapi butuh biaya tinggi. "Andai koperasi milik masyarakat diberi kewenangan penuh mengelolanya dengan hasil yang sepadan maka perekonomian warga sekitar hutan akan meningkat," ujarnya.

Menurut Kristomo kegiatan tambang tradisional juga bisa menjadi obyek wisata. Apalagi di Malo ada juga sumur angguk, yakni seperangkat alat untuk menimba minyak yang sampai kini masih berfungsi. Ada bagian alat yang mengangguk-angguk sehingga disebut sumur angguk.

Asper KPH Parengan, Khoirul Huda menambahkan di kawasan tersebut terlihat banyak saluran gas yang masih aktif. Bahkan di tapi jalan kawasan hutan di Malo di petak 19, resor Pemangkuan Hutan Kampak, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pungpungan ada titik kel uarnya gas yang menyemburkan api yang besar.

Api dari gas tersebut dipakai masyarakat untuk membakar jagung atau menghangatkan tubuh saat kehujanan. Sumur angguk dan api alam di kawasan hutan Malo cukup menarik orang luar Bojonegoro. "Kalau ini bisa dikembangkan jadi obyek wisata lebih punya nilai ekonomi," katanya.

Adi Sucipto

Sumber:

http://travel.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar