Pasar Ngasem tak hanya menjual burung atau hewan peliharaan lainnya. Di pasar yang terletak di bagian barat Keraton Yogyakarta itu, hanya sekitar 400 meter dari keraton, pengunjung dapat menjumpai penjual buah-buahan dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Meski demikian, pasar yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, tersebut telanjur dikenal orang sebagai pasar burung.
Tak heran Ngasem dikonotasikan sebagai pasar burung. Ini disebabkan pada awal berdirinya para pedagang di pasar itu khusus memperjualbelikan burung. Bisa jadi, filosofi Jawa tentang "kukilo" atau burung-kini merujuk pada hewan peliharaan- mendorong kehadiran pasar burung itu di dekat keraton. Hingga saat ini, belum diketahui pasti kapan Pasar Ngasem berdiri. Namun, dari sebuah foto di situs Tembi terbukti bahwa Ngasem sudah beroperasi cukup lama sebagai pasar burung. Foto itu diambil tahun 1809.
Sekitar tahun 1960 pemerintah kala itu mengeluarkan kebijakan agar penjual burung yang tersebar di beberapa tempat di Yogyakarta, termasuk di Pasar Beringharjo, pindah ke Pasar Ngasem. Kini, Ngasem menjadi pusat penjualan berbagai jenis burung di kota ini, termasuk di antaranya perkutut, kutilang, cucakrawa, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit.
Sebenarnya hanya sekitar 30 persen lahan Pasar Ngasem dari luas lebih kurang 6.000 meter persegi yang dimanfaatkan sebagai pasar hewan peliharaan. Sisanya ditempati oleh para pedagang buah, barang kelontong, dan penjaja makanan tradisional. Namun, predikat pasar burung tetap melekat pada Ngasem. Padahal, saat ini pedagang di pasar itu tak hanya menyediakan burung, tetapi juga hewan peliharaan lain, seperti kucing, kelinci, anjing, ayam, bajing, hingga ular dan iguana. (NURUL FATCHIATI/LITBANG KOMPAS)
Sumber:
http://cetak.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar