Lokasi Goa Losam persis berada di poros Jl Negara lintas Kaltim-Kalsel, tepatnya di Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam. Karena letaknya persis berada di pinggir jalan, menjadikan kawasan wisata alam ini sering mendapat kunjungan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
GOA Losan yang berarti dalam bahasa Paser goa tembus ini, memiliki daya tarik tersendiri. Slain tembusan dari satu tempat ke tempat yang lain berupa serambi-serambi yang cukup luas, juga saat kita memasuki Gua Losan, seakan-akan masuk ke dalam perut bumi yang gelap, tetapi menyimpan hiasan-hiasan batu yang luar biasa aneh dan indahnya.
Karena belum ada penerangan khusus, saat memasuki goa ini harus dipandu juru kunci atau petugas dari Dinas Pariwisata Paser yang memang suku asli Paser atau masih keturunan penemu goa Losan. Pengunjung harus dilengkapi penerangan seperti senter atau obor.
Ada dua rute yang menjadi sasaran pengunjung, jika ke arah kiri, dengan perjalanan sekitar 1 jam lebih, bisa ditemukan sumber air. Konon menurut cerita, sumber air yang tak pernah kering dan sangat dingin itu, meskipun kemarau panjang melanda Kecamatan Muara Komam, merupakan lokasi pemandian seorang putri yang masih kerabat putri Petung Kerajaan Sudurangas. Konon setiap orang yang membasuh muka diiringi niat baik, maka akan terkabul doanya.
Selain batu pemandian, tak jauh dari lokasi dengan arah yang berbeda, juga ada satu keajiban yang memang tidak dimilki goa-goa di belahan Nusantara lainya. Ada deretan batu yang jika dipukul mengeluarkan suara yang mempunyai nada yang beraturan seperti bunyi gendang, dan batu–batu tersebut diberi nama batu bernada.
Untuk menyusuri Goa Losan, waktu satu hari tak cukup, bahkan Wabup HM Hatta Garit bersama rombongan saat menyusuri sejumlah sudut goa, tak terasa hampir 6 jam lebih. “Saya pernah dua hari dua malam menyusuri Goa Losan ini, konon menurut orang tua, untuk menyusuri semua ruang goa ini, diperlukan waktu sepuluh hari lebih,” tandas Masmurah, penjaga goa.
Selain ke arah kanan, Wabup yang saat itu didampingi istri Hj Hildawati dan Kadis Pariwisata Abdul Azis Maulana, juga menuju arah kiri. Di sini dapat disaksikan hamparan stalagtit berkilauan bak emas, belum termasuk di sejumlah sudut selalu ditemui serambi yang cukup luas. Di kawasan ini juga bisa ditemukan kolam yang merupakan lokasi pemandian burung walet. Di atas goa dapat ditemukan sarang-sarang walet.
Sementara di satu sudut goa yang persis beradapan dengan pintu yang terbuka dengan cahaya matahri, ribuan kekelawar dapat ditemukan di lokasi tersebut. Selain itu keunikan lainnya, juga ditemukan batu mumi yang memang mirip dengan sosok manusia.
Sayangnya, di sejumlah sudut banyak ditemukan coretan, belum termasuk banyaknya sampah yang dibuang pengunjung. Tulisan dan sampah tersebut menjadikan kondisi gua tak nyaman. (hp9)
GOA Losan yang berarti dalam bahasa Paser goa tembus ini, memiliki daya tarik tersendiri. Slain tembusan dari satu tempat ke tempat yang lain berupa serambi-serambi yang cukup luas, juga saat kita memasuki Gua Losan, seakan-akan masuk ke dalam perut bumi yang gelap, tetapi menyimpan hiasan-hiasan batu yang luar biasa aneh dan indahnya.
Karena belum ada penerangan khusus, saat memasuki goa ini harus dipandu juru kunci atau petugas dari Dinas Pariwisata Paser yang memang suku asli Paser atau masih keturunan penemu goa Losan. Pengunjung harus dilengkapi penerangan seperti senter atau obor.
Ada dua rute yang menjadi sasaran pengunjung, jika ke arah kiri, dengan perjalanan sekitar 1 jam lebih, bisa ditemukan sumber air. Konon menurut cerita, sumber air yang tak pernah kering dan sangat dingin itu, meskipun kemarau panjang melanda Kecamatan Muara Komam, merupakan lokasi pemandian seorang putri yang masih kerabat putri Petung Kerajaan Sudurangas. Konon setiap orang yang membasuh muka diiringi niat baik, maka akan terkabul doanya.
Selain batu pemandian, tak jauh dari lokasi dengan arah yang berbeda, juga ada satu keajiban yang memang tidak dimilki goa-goa di belahan Nusantara lainya. Ada deretan batu yang jika dipukul mengeluarkan suara yang mempunyai nada yang beraturan seperti bunyi gendang, dan batu–batu tersebut diberi nama batu bernada.
Untuk menyusuri Goa Losan, waktu satu hari tak cukup, bahkan Wabup HM Hatta Garit bersama rombongan saat menyusuri sejumlah sudut goa, tak terasa hampir 6 jam lebih. “Saya pernah dua hari dua malam menyusuri Goa Losan ini, konon menurut orang tua, untuk menyusuri semua ruang goa ini, diperlukan waktu sepuluh hari lebih,” tandas Masmurah, penjaga goa.
Selain ke arah kanan, Wabup yang saat itu didampingi istri Hj Hildawati dan Kadis Pariwisata Abdul Azis Maulana, juga menuju arah kiri. Di sini dapat disaksikan hamparan stalagtit berkilauan bak emas, belum termasuk di sejumlah sudut selalu ditemui serambi yang cukup luas. Di kawasan ini juga bisa ditemukan kolam yang merupakan lokasi pemandian burung walet. Di atas goa dapat ditemukan sarang-sarang walet.
Sementara di satu sudut goa yang persis beradapan dengan pintu yang terbuka dengan cahaya matahri, ribuan kekelawar dapat ditemukan di lokasi tersebut. Selain itu keunikan lainnya, juga ditemukan batu mumi yang memang mirip dengan sosok manusia.
Sayangnya, di sejumlah sudut banyak ditemukan coretan, belum termasuk banyaknya sampah yang dibuang pengunjung. Tulisan dan sampah tersebut menjadikan kondisi gua tak nyaman. (hp9)
0 komentar:
Posting Komentar