Ketua DPRD Tanjungpinang, Bobby Jayanto dengan lantang menyebutkan, ”Jangan Panggil Aku China,”. Kalimat tersebut adalah bagian pusi yang dibacakan Bobby di Tugu Proklamasi Tanjungpinang, depan Gedung Daerah.
Bobby membacakan puisi tentang etnis Tionghoa yang masih dipandang sebagai kalangan minoritas di tanah kelahirannya Indonesia. Sedangkan, Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan serta kalangan Muspida yang ikut berpartisipasi membaca puisi peduli Kemanusiaan yang diadakan Komunitas Penyair Kota (KPK) Tanjungpinang.
Tatik membacakan puisi hasil karyanya sendiri yang terilhami saat ia akan menghadiri rapat paripurna bersama dewan. Dalam undangan, acara yang dijadwalkan pukul 13.00 WIB, ternyata anggota dewan baru datang satu persatu satu jam berikutnya. ”Jangan tersinggung Pak Bobby, penantian saat waktu itu menghasilkan karya ini,” ujar Tatik sebelum membacakan puisinya.
Meskipun teknik membaca puisi Tatik tidak berapi-api seperti beberapa peserta lainnya yang membuat penonton terpukau, seperti saat Aida Ismeth dan Said Parman berpusi, ciri khas Tatik yang tenang saat bicara, tidak jauh berubah saat ia membacakan puisi. Dengan sikap tenangnnya ternyata, Tatik mampu membuat penonton antusias dengan puisi yang dibacakan.
Dijelaskan Ketua Panitia Pelaksana, Teja Alhabd, baca puisis peduli kemanusiaan yang diselenggarakan KPK Tanjungpinang sengaja dilakukan sebagai ajang silaturahmi antara masyarakat dan Muspida. Acara ini ternyata sukses, karena dari Muspida yang dijadwalkan ikut berpartisipasi dalam acara ini semuanya ikut serta.
Meskipun beberapa pejabat ada yang mengaku belum pernah membaca puisi, tapi aksi pertama para pejabat malam itu ternyata tidak kalah menariknya dengan penyair lainnya. ”Saya tidak pernah baca puisi, tapi saya ingin berpartisipasi di acara ini,” ungkap Kepala Kejati Kepri M Yusuf.
"Durian, Duku dan Kedondong, Jangan Gitu Dong, Satu Datang, Satu Pergi dan Menunggu Lagi Akhirnya tak Jadi" itulah penggalan akhir dari puisi Walikota Tanjungpinang Haj SUryatati A Manan yang berjudul 'Pasti Menanti' dalam acara malam peduli kemanusiaan yang ditaja oleh Komunitas Penyair Kota (KPK) Tanjungpinang,
Puisi singkat namun penuh ungkapan kekecewaan Suryatati atas sikap para wakil rakyat tersebut, disambut tepuk tangan oleh para penonoton yang memadati Tugu Proklamasi di depan Gedung Daerah atau tepatnya di pintu keluar Pelabuhan Sri Bintanpura Tanjungpinang.
"Saya buat puisi ini terinspirasi saat menunggu para anggota dewan untuk melakukan penandatanganan KUA dan PPAS RAPBD Kota Tanjungpinang tahun 2009 sekitar sebulan lalu. Kami saat itu dari unsur eksekutif sudah lama menunggu pelaksanaan penyampaian KUA PPAS di salah satu ruang unsur Pimpinan DPRD Kota Tanjungpinang. Namun jadwal yang telah ditetapkan tersebut batal tanpa kejelasan," ungkap Suryatati A Manan.
Hadir dalam acara malam peduli kemanusiaan tersebut, dan turut membacakan puisi yakni Wakil Gubernur Provinsi Kepri, HM Sani, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kepri M. Yusuf, Anggota DPD RI Aida Ismeth, Ketua DPRD Kota Tanjungpinang Bobby Jayanto, Wakil Walikota Tanjungpinang Edward Murshalli dan sederet Kepala Dinas di lingkungan Pemko Tanjungpinang.
Parade baca puisi disamping diisi oleh instansi vertikal di Kota Tanjungpinang juga dihadiri kalangan penyair handal di Bumi Segantang Lada seperti Tarmizi dari Rumah Hitam, Samson Rambah Pasir dengan puisi Terong Gulai Santan, Ali Ipon sajak manusia, dan sederat nama lainnya yang telah malang melintang di dunia seni diantaranya Abdul Muin HS.
Para penonton sempat dibuat terpesona dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh salah seorang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Tanjungpinang, dengan judul 'Ini Bukan Keinginan Kami'. Semua penonton seperti terhipnotis dan berlinang air mata mendengar bait demi bait puisi dari siswa SLB tersebut.
Begitu pula penampilan Anggota DPD RI, Aida Ismeth, menggelegar penuh semangat membacakan puisi hingga memukau dengan pekikannnya yang khas membuat suasana kian hening ikut dalam sajak yang ditulis oleh sang proklamator ahlaq mulia di Bumi Segantang Lada ini. kemudian disusul pembacaan puisi singkat oleh Hoesnizar Hood yang bercerita tentang lika-liku menjelang Pemiu 2009 ini.
Dengan piawai pembaca acara Machzomi Dawood, juga sebagai peyair senior di Kota Gurindam ini, tidak henti-hentinya membuat suasana menjadi hidup dengan jenakanya yang kocak membuat pengunjung kian tidak beranjak meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB.
Malam Kemanusiaan dengan pembacaan puisi dan renungan lainnya itu membuat susana di tepi laut menjadi meriah terkadang penonton harus ikut dalam suasana sajak yang dibacakan terkadang harus tertawa lepas karena lucu atas penampilan para penyair yang secara bergantian membacakan sajaknya di panggung mini Tugu Proklamasi yang baru dibangun tersebut.
Ketua Panitia penyelenggara Teja Alhab kepada Sijori Mandiri menyebutkan pagelaran parade tersebut merupakan bentuk dari apresiasi, Komunitas Penyair Kota Tanjungpinang, dalam menggiatkan budaya di Kota Tanjungpinang.
"Ini sebagai kegiatan positif dan melibatkan semua istansi vertikal dan eksekutif di Kota Tanjungpinang sebagai tempat untuk mengkritik, curhat dan lainnya dengan cara yang santun yakni dalam sajak," papar Teja.
Sumber: Harian Sijori Mandiri
http://komunitaspenyairkotatpi.blogspot.com
Photo: Babam Tribun
Bobby membacakan puisi tentang etnis Tionghoa yang masih dipandang sebagai kalangan minoritas di tanah kelahirannya Indonesia. Sedangkan, Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan serta kalangan Muspida yang ikut berpartisipasi membaca puisi peduli Kemanusiaan yang diadakan Komunitas Penyair Kota (KPK) Tanjungpinang.
Tatik membacakan puisi hasil karyanya sendiri yang terilhami saat ia akan menghadiri rapat paripurna bersama dewan. Dalam undangan, acara yang dijadwalkan pukul 13.00 WIB, ternyata anggota dewan baru datang satu persatu satu jam berikutnya. ”Jangan tersinggung Pak Bobby, penantian saat waktu itu menghasilkan karya ini,” ujar Tatik sebelum membacakan puisinya.
Meskipun teknik membaca puisi Tatik tidak berapi-api seperti beberapa peserta lainnya yang membuat penonton terpukau, seperti saat Aida Ismeth dan Said Parman berpusi, ciri khas Tatik yang tenang saat bicara, tidak jauh berubah saat ia membacakan puisi. Dengan sikap tenangnnya ternyata, Tatik mampu membuat penonton antusias dengan puisi yang dibacakan.
Dijelaskan Ketua Panitia Pelaksana, Teja Alhabd, baca puisis peduli kemanusiaan yang diselenggarakan KPK Tanjungpinang sengaja dilakukan sebagai ajang silaturahmi antara masyarakat dan Muspida. Acara ini ternyata sukses, karena dari Muspida yang dijadwalkan ikut berpartisipasi dalam acara ini semuanya ikut serta.
Meskipun beberapa pejabat ada yang mengaku belum pernah membaca puisi, tapi aksi pertama para pejabat malam itu ternyata tidak kalah menariknya dengan penyair lainnya. ”Saya tidak pernah baca puisi, tapi saya ingin berpartisipasi di acara ini,” ungkap Kepala Kejati Kepri M Yusuf.
"Durian, Duku dan Kedondong, Jangan Gitu Dong, Satu Datang, Satu Pergi dan Menunggu Lagi Akhirnya tak Jadi" itulah penggalan akhir dari puisi Walikota Tanjungpinang Haj SUryatati A Manan yang berjudul 'Pasti Menanti' dalam acara malam peduli kemanusiaan yang ditaja oleh Komunitas Penyair Kota (KPK) Tanjungpinang,
Puisi singkat namun penuh ungkapan kekecewaan Suryatati atas sikap para wakil rakyat tersebut, disambut tepuk tangan oleh para penonoton yang memadati Tugu Proklamasi di depan Gedung Daerah atau tepatnya di pintu keluar Pelabuhan Sri Bintanpura Tanjungpinang.
"Saya buat puisi ini terinspirasi saat menunggu para anggota dewan untuk melakukan penandatanganan KUA dan PPAS RAPBD Kota Tanjungpinang tahun 2009 sekitar sebulan lalu. Kami saat itu dari unsur eksekutif sudah lama menunggu pelaksanaan penyampaian KUA PPAS di salah satu ruang unsur Pimpinan DPRD Kota Tanjungpinang. Namun jadwal yang telah ditetapkan tersebut batal tanpa kejelasan," ungkap Suryatati A Manan.
Hadir dalam acara malam peduli kemanusiaan tersebut, dan turut membacakan puisi yakni Wakil Gubernur Provinsi Kepri, HM Sani, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kepri M. Yusuf, Anggota DPD RI Aida Ismeth, Ketua DPRD Kota Tanjungpinang Bobby Jayanto, Wakil Walikota Tanjungpinang Edward Murshalli dan sederet Kepala Dinas di lingkungan Pemko Tanjungpinang.
Parade baca puisi disamping diisi oleh instansi vertikal di Kota Tanjungpinang juga dihadiri kalangan penyair handal di Bumi Segantang Lada seperti Tarmizi dari Rumah Hitam, Samson Rambah Pasir dengan puisi Terong Gulai Santan, Ali Ipon sajak manusia, dan sederat nama lainnya yang telah malang melintang di dunia seni diantaranya Abdul Muin HS.
Para penonton sempat dibuat terpesona dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh salah seorang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Tanjungpinang, dengan judul 'Ini Bukan Keinginan Kami'. Semua penonton seperti terhipnotis dan berlinang air mata mendengar bait demi bait puisi dari siswa SLB tersebut.
Begitu pula penampilan Anggota DPD RI, Aida Ismeth, menggelegar penuh semangat membacakan puisi hingga memukau dengan pekikannnya yang khas membuat suasana kian hening ikut dalam sajak yang ditulis oleh sang proklamator ahlaq mulia di Bumi Segantang Lada ini. kemudian disusul pembacaan puisi singkat oleh Hoesnizar Hood yang bercerita tentang lika-liku menjelang Pemiu 2009 ini.
Dengan piawai pembaca acara Machzomi Dawood, juga sebagai peyair senior di Kota Gurindam ini, tidak henti-hentinya membuat suasana menjadi hidup dengan jenakanya yang kocak membuat pengunjung kian tidak beranjak meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB.
Malam Kemanusiaan dengan pembacaan puisi dan renungan lainnya itu membuat susana di tepi laut menjadi meriah terkadang penonton harus ikut dalam suasana sajak yang dibacakan terkadang harus tertawa lepas karena lucu atas penampilan para penyair yang secara bergantian membacakan sajaknya di panggung mini Tugu Proklamasi yang baru dibangun tersebut.
Ketua Panitia penyelenggara Teja Alhab kepada Sijori Mandiri menyebutkan pagelaran parade tersebut merupakan bentuk dari apresiasi, Komunitas Penyair Kota Tanjungpinang, dalam menggiatkan budaya di Kota Tanjungpinang.
"Ini sebagai kegiatan positif dan melibatkan semua istansi vertikal dan eksekutif di Kota Tanjungpinang sebagai tempat untuk mengkritik, curhat dan lainnya dengan cara yang santun yakni dalam sajak," papar Teja.
Sumber: Harian Sijori Mandiri
http://komunitaspenyairkotatpi.blogspot.com
Photo: Babam Tribun
0 komentar:
Posting Komentar