Penulis : Oleh: Evawarni
Karya sastra berbentuk syair, merupakan salah satu bentuk naskah kuno daerah Kepulauan Riau yang sampai saat ini masih dikoleksi masyarakat dan tersebar di pelosok pedesaan daerah Kepulauan Riau. Keberadaan naskah tersebut kebanyakan tidak terpelihara dengan baik karen masyarakat sekarang tidakakrab lagi dengan tulisannya yaitu menggunakan tulisan Arab-Melayu. Syair, pada pertengahan abad 19 dan awal abad 20 M sangat populer dikalangan sastrawan dan masyarakat Melayu Kepulauan Riau. Orang mendengar pembacaan syair, bukan semata-mata untuk menikmati keindahan susunan kata dan bunyi, tetapi tetapi juga mendengar bagaimana cerita atau isinya yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan, nasehat, petunjuk dan lain-lain.
Sebagaimana dikemukankan M.diah, peranan syair bagi masyarakat Melayu bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi lebih dari itu. Syair juga berperan sebagai wahana penyampaian pesan yang berisi ajaran moral dari berbagai tokoh agama dan adat (M.Diah, dkk :1987) Syair yang dibacakan dengan keindahan bunyi dan kehalusan bahasa dapat memikat hati pendengar untuk mendengarnya. Orang tua, terutama kaum wanita dalam masyarakat Melayu Kepulauan Riau pada masa lalu, sudah sangat terbiasa membaca Syair untuk mengisi waktu luangnya, terlebih pada malam hari menjelang tidur.
Dengan demikian, pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis melalui syair akan mudah dicerna dan dipahami. Syair Khadamuddin adalah salah satu dari sekian banyak naskah kuno daerah Kepulauan Riau yang bercorak keagamaan, dikarang oleh Aisyah Sulaiman Riau. Syair yang mengisahkan tentang sikap dan pendangan hidup serta kesetiaan seorang istri kepada suaminya ini, populer dikalangan masyarakat Melayu pada masa lalu. Syair ini bukan hanya bersifat hiburan akan tetapi juga berisi contoh teladan dan nasehat.
Adapun nilai-nilai moral yang terdapat dalam Syair Khadamuddin ini antara lain: Pemahaman dan pengalaman ajaran Agama Islam dalam Hidup berumah tangga. Manusia dalam melaksanakan ajaran agamanya perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Hal ini sangat perlu kerana pengetahuan dan pemahaman yang sepotong-sepotong atau sangat dangkal, dapat menimbulkan kekeliruan dalam pengalamannya. Coba perhatikan bait-bait Syair berikut ini : Demikian sudah hamba amalkan Taatkan Suami diri serahkan Maka sukanya kami turutkan Sama ada ya ataupun bukan Karena sahaya mengambil petua Dengan Wak Man Haji Jawa Perempuan bersuami selamanya jua Taatkan perintah ia semua Karena kita jadi istrinya Sifatkan diri seperti hambanya Sebarang apa perintah dan kehendaknya Jika disalahi dosa jadinya Balasannya kelak yaitu Neraka Takutlah hamba tiada terkira Jadilah kami taat belaka Baik dan jahat semua kusuka Suamiku itu terlalu nakal Didalam rumah ia tak kekal Sahaja kuberi sahaja kubekal Wang dan emas berpuluh bungkal Untuk ia memberi betina Menyukakan hatinya dimana-mana Terkadang dibawanya Jepun dan Cina Balik kerumah kami disana Hamba sediakan statu bilik Tempat ia berbaring bergolek Kuhantarkan makan yang pelik-pelik Serta dibekalkan sekarang balik Terkadang suamiku hendak berjudi Wang tiada berpundi-pundi Kusuruh gadai kain randi Cincin intan hindi Didalam rumah kawanku punya Mana-mana budak baik rupanya Walau sudah ada lakinya Bila berkehendak kuberi dianya Apalagi perempuan yang lain Mana sukanya hendak bermain Kuberi pakaian kain dan baju Diajaknya mufakat mengatakan kawin Taatnya kami sama mengaku Mengatakan ia istri suamiku Hl keadaan anak pesuku Dibawaknya dari teluk paku Tinggallah selama begitu dia Tiada menikah seumur dunia Perkataan hamba orang percaya Mengtakan kawin di Surabaya Syair diatas menggambarkan kepatuhan dan ketaantan seorang istri kepada suaminya. Apa yang diinginkan oleh suaminya selalu disediakannya walaupun dengan berbagai cara. Dia tidak menghiraukan apakah kemauan dan permintaan suaminya bertentangan dengan perasaannya dan ketentuan yang berlaku. Hal itu semua dilakukannya karena pemahamannya yang dangkal tentang ajaran agama yang dimilikinya. Ia punya pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran agama Islam yang mengajarkan bahwa istri harus patuh dan taan kepada suami. Istri yang tidak patuh dan taat kepada suami adalah istri yang durhaka dan tidak akan masuk surga serta dilaknat Allah SWT. Karena ia ingin menjadi istri yang taat dan patuh pada suaminya walaupun bertentangan dengan ajaran agama. Kekeliruan tentang pemahaman dan pengalaman ajaran agama tersebut, diluruskan oleh beberapa perempuan yang memiliki pengtahuan dan pemahaman agama Islam yang lebih mendalam.
Mereka mengatakan bahwa perbuatan yang mereka lakukan tersebut adalah perbuatan yang dilarang oleh Alah SWT . istri harus patuh dan taat kepada suami ada batasnya yaitu selama perintah yang disuruh tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Hal ini tergambar dalam bait-bait Syair berikut : Ada tertawa ada yang marah Ada tertawa ada yang marah Bini lebai mukanya merah Inilah taat tak tentu arah Bini Encik Gafur berkata tentu Orang taat semua begitu Lamun disalahi walaupun satu Perempuan taat bukannya begitu Karena kami taat menurut Kehendak betul kehendak herat Istri Mufti marah terkejut Karena itu taat yang karut Dan itulah salah bid’ah Tiada sekali memberi manfaat Laki-laki yang jahat melanggar syari’ah Adakah patut engkau turut Dan lagi terlalu salah Melebihkan suami daripada Allah Sejahat-jahat kerja engkau itulah Akan Sekarang segera kebetulan Jangan apa paham tersalah Akan hukum kitab Allah Taat suami benarkanlah Had dan mesti adalah.
Sumber: http://www.visittanjungpinang.com
0 komentar:
Posting Komentar