Kawasan Pulau Kemaro (Kemarau) di hilir Sungai Musi di Palembang menjelang tengah malam, Sabtu (7/2), mendadak dipenuhi puluhan ribu orang -- umumnya warga keturunan Tionghoa -- dari berbagai daerah dan negara.
Puluhan ribu warga berbagai bangsa dan dari sejumlah daerah itu berduyun-duyun mendatangi pulau seluas sekitar lima hektar yang menyimpan legenda cinta pangeran asal Tiongkok dengan putri Raja Palembang itu untuk merayakan Cap Go Meh --bagian ritual tradisi Tahun Baru Imlek-- setiap tahun sekali.
Kedatangan warga bergelombang dan mencapai puncaknya pada Sabtu menjelang tengah malam. Semuanya bertujuan untuk berada di pulau itu, saat puncak perayaan Cap Go Meh 2560, dengan sejumlah ritual menyertainya, seperti menyembelih kambing warna hitam di depan gundukan tanah yang dipercayai sebagai makam Siti Fatimah -- putri Raja Palembang yang dalam legenda terjun ke sungai itu, untuk menyusul pangeran asal Tiongkok yang lebih dulu terjun ke Sungai Musi itu.
Kemeriahan Cap Go Meh di Pulau Kemaro makin terasa dengan berbagai pertunjukkan khas, seperti barongsai, wayang orang China dan seni tradisional etsnis Tionghoa, Liong.
Pengunjung yang datang antara lain dari beberapa negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura serta RRC dan beberapa negara lain, serta dari sejumlah provinsi di Indonesia, tempat warga etnis Tionghoa penganut kepercayaan leluhur Tri Dharma serta pelestari tradisi Cap Go Meh.
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa, dalam tradisi mereka selalu merayakan Tahun Baru Imlek dengan perayaan Cap Go Meh (Sincia) atau perayaan mengakhiri hari ke-15 bulan pertama Imlek itu. Keberadaan pulau yang dinilai eksotis itu--dengan keberadaan dua makam di atasnya serta kelenten di sana--juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang cukup tinggi di Kota Palembang itu.
Pulau Kemaro dinilai sangat potensial menjaring wisatawan mancanegara dan nusantara. Potensi besar itu, setidaknya terlihat setiap kali perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh, dengan kedatangan wisatawan dari berbagai daerah dan negara yang terus berduyun-duyun mendatangi Pulau yang membelah aliran sungai dengan membentuk sebuah delta itu.
Pulau Kemaro sampai saat ini menjadi tempat ritual warga etnis Tionghoa dari berbagai daerah dan mancanegara, sehingga hampir dipastikan mereka akan mendatangi pulau itu secara rutin terutama saat Imlek dan Cap Go Meh setiap tahunnya.
Apalagi di pulau itu terdapat kelenteng terkenal serta makam yang dipercayai sebagai makam Tan Bun An (pangeran asal Tiongkok) dan Siti Fatimah (puteri Raja Palembang), dengan legenda cinta sejati antara dua bangsa dan budaya besar pada zaman dahulu.
Panitia perayaan Cap Goh Meh atau 15 hari setelah Tahun Baru Imlek di Pulau Kemaro melakukan berbagai persiapan untuk melaksanakan ritual di pulau itu, mengingat akan didatangi ribuan keturunan China dari berbagai daerah dan sejumlah negara.
Salah seorang panitia perayaan Cap Goh Meh itu, Johny Prima, mengatakan saat ini mereka sedang melakukan berbagai persiapan untuk melakukan penutupan perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Goh Meh.
Ritual perayaan Cap Goh Meh selama ini, dipusatkan di Pulau Kemaro yang terdapat salah satu keleteng tertua di Kota Palembang dan makam Siti Fatimah yang menjadi salah satu legenda bagi warga etnis Tionghoa.
Menurut Johny, puncak ritual perayaan Cap Goh Meh dilaksanakan pada Sabtu malam, diisi dengan sembahyang dan ritual lain memuja Yang Maha Kuasa.
"Setiap perayaan Cap Goh Meh, ratusan ribu warga keturunan China dari berbagai kota di Indonesia bahkan dari Singapura, Malaysia dan RRC juga bersembahnyang dan berziarah ke Pulau Kemaro," ujar dia lagi.
Ia menyatakan, untuk menyambut kedatangan ribuan warga etnis Tionghoa tersebut, panitia perayaan Cap Goh Meh telah mempersiapkan berbagai fasilitas menuju Pulau Kemaro, terutama dukungan sarana transportasi menuju pulau yang berada di tengah Sungai Musi itu.
Transportasi dari Pasar 16 Ilir disiapkan kapal tongkang yang didesain khusus untuk perayaan hari besar China itu, dan pemasangan jembatan dari eks Pabrik Intirub, sehingga jemaat yang ingin beribadat di Pulau Kemaro dapat melalui jalur darat, kata dia.
Legenda Cinta
Perayaan Cap Goh Meh terasa semarak di Pulau Kemaro mengingat kawasan tersebut menjadi legenda bagi warga keturunan Tionghoa. Dalam legenda itu, pada zaman dahulu terdapat seorang anak raja dari Negeri China yang ingin mempersunting putri asli Palembang.
Percintaan mereka berakhir tragis, menyusul putra Raja China yang bernama Tan Bun Ann tersebut meninggal dunia setelah mengetahui guci yang dibawa prajurit dari tanah Tiongkok yang dibuangnya (guci untuk persembahan pinangan, semula dianggap tidak berisi apa-apa) ke dasar Sungai Musi ternyata berisi emas.
Selanjutnya putri asli Palembang pun ikut menceburkan diri ke sungai, dan sampai kini legenda tersebut masih diyakini etnis Tionghoa, ujar dia. Menurut legenda itu, dipercayai bahwa Pulau Kemaro yang menyembul keluar adalah kubur dari dua orang yang menceburkan diri itu.
Johny Prima mengatakan, sampai saat ini ratusan ribu warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pada perayaan Cap Goh Meh, terus mendatangi pulau tersebut untuk beribadat dan berziarah.
Puncaknya terjadi pada tengah malam hari ke-15 Tahun Baru Imlek, tetapi sebelumnya dan sehari sesudah perayaan tersebut, warga terus berdatangan secara bergantian. Hingga kini pulau yang menurut cerita berupa gundukan tanah yang muncul dari Sungai Musi dan dianggap sebagai makam puteri dan pangeran serta para dayangnya, terus dirawat oleh pengelola dan penjaga pulau itu.
Dalam legendanya, Pangeran Tiongkok Tan Bun An hendak melamar Sang Putri Raja Palembang (Siti Fatimah). Kaisar Tiongkok pun mengirim mas kawin (mahar) dalam sembilan guci berisi emas batangan untuk melamarnya.
Pada bagian atas guci itu, untuk mengelabui para bajak laut dalam perjalanan saat itu yang penuh marabahaya, ditutupi dengan sayuran. Namun sesampai di muara Sungai Musi, Pangeran Tiongkok mengetahui bahwa guci itu hanya berisi sayuran, menjadi malu. Satu per satu guci tersebut diceburkan ke Sungai Musi.
Tapi saat guci terakhir yang pecah sebelum tercebur ke sungai, justru berhamburan emas batangan dari dalamnya. Pangeran pun kaget dan berupaya mencari untuk mengambil guci yang telah masuk sungai. Namun pangeran itu bersama pengawalnya tak pernah muncul ke permukaan air lagi.
Peristiwa itu membuat putri Siti Fatimah menjadi sedih dan berputus asa, sehingga bersama dayangnya juga menceburkan diri ke sungai untuk bertemu pangerannya. Legenda cinta sejati itu turun temurun dikisahkan dan terkenal sampai sekarang.
Objek Wisata Unggulan
Pemda Kota Palembang melalui Dinas Pariwisata setempat, diharapkan terus menjaga keberadaan Pulau Kemaro itu dan memberikan dukungan fasilitas yang diperlukan, sehingga wisatawan yang datang menjadi nyaman, aman dan benar-benar terkesan setelah mendatanginya.
Apalagi Provinsi Sumsel pada tahun 2009 ini bertekad terus melanjutkan Program Visit Musi 2009--program andalan promosi wisata dengan menjual berbagai potensi objek wisata unggulan di Sumsel, termasuk Pulau Kemaro--sehingga bisa mendatangkan sedikitnya dua juta wisatawan ke daerah ini.
Walikota Palembang, Eddy Santana Putra, menegaskan bahwa pemda setempat akan terus menjaga, memelihara dan mengembangkan sekaligus mempromosikan objek wisata andalan di daerahnya itu. Pemda setempat juga telah bertekad untuk mewujudkan Palembang sebagai Kota Internasional yang Berbudaya dan Religius 2013.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) juga melirik wisatawan dari Singapura dan Malaysia untuk berkunjung ke provinsi itu mengingat kedua negara tersebut mempunyai ikatan emosional dengan daerah ini.
"Sasaran promosi kita ke negara yang lebih dekat dulu yakni Singapura dan Malaysia, kedua negara itu mempunyai ikatan emosional dengan Sumsel," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Euis Rosmiati.
Menurut dia, selain ikatan emosional dengan Sumsel, negara itu juga memiliki kedekatan budaya dan lainnya. Jadi, sasaran promosi wisata Sumsel ke negara yang lebih dekat dulu seperti ke Singapura dan Malaysia, baru selanjutnya ke negara-negara yang jauh, katanya.
Ia menyatakan, banyak yang bisa dilihat di Sumsel seperti wisata belanja songket yang memang kualitasnya baik, wisata kuliner, dan masih banyak lagi objek wisata yang bisa dikunjungi di daerah ini.
Sejumlah objek wisata di Palembang antara lain Bukit Siguntang, Pulau Kemarau/Kemaro, Museum Bala Putra Dewa, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, dan Benteng Kuto Besak serta lainnya. Ia mengatakan, pada tahun 2009 pihaknya akan terus berusaha meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
"Visit Musi 2008" akan tetap berlanjut di tahun 2009 begitu pula di tahun-tahun selanjutnya, kata dia.
"Kami akan tetap mempertahankan dan meningkatkan apa-apa yang telah diraih di tahun 2008 dan apa yang belum dilaksanakan akan dilaksanakan pada tahun 2009," ujar dia lagi.
Pihaknya juga akan membenahi sejumlah objek wisata yang ada agar semakin memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti halnya keberadaan Pulau Kemaro dengan legenda yang dipercayai turun temurun oleh warga keturunan Tionghoa di mancanegara itu.
Potensi wisata alam, adat dan tradisi serta ziarah di Kota Palembang maupun Provinsi Sumsel mestilah mendapatkan sentuhan yang baik, agar benar-benar menjadi magnet siapapun untuk datang berkunjung ke daerah ini, tanpa bosan-bosannya.
Sumber:
http://kompas.co.id
Puluhan ribu warga berbagai bangsa dan dari sejumlah daerah itu berduyun-duyun mendatangi pulau seluas sekitar lima hektar yang menyimpan legenda cinta pangeran asal Tiongkok dengan putri Raja Palembang itu untuk merayakan Cap Go Meh --bagian ritual tradisi Tahun Baru Imlek-- setiap tahun sekali.
Kedatangan warga bergelombang dan mencapai puncaknya pada Sabtu menjelang tengah malam. Semuanya bertujuan untuk berada di pulau itu, saat puncak perayaan Cap Go Meh 2560, dengan sejumlah ritual menyertainya, seperti menyembelih kambing warna hitam di depan gundukan tanah yang dipercayai sebagai makam Siti Fatimah -- putri Raja Palembang yang dalam legenda terjun ke sungai itu, untuk menyusul pangeran asal Tiongkok yang lebih dulu terjun ke Sungai Musi itu.
Kemeriahan Cap Go Meh di Pulau Kemaro makin terasa dengan berbagai pertunjukkan khas, seperti barongsai, wayang orang China dan seni tradisional etsnis Tionghoa, Liong.
Pengunjung yang datang antara lain dari beberapa negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura serta RRC dan beberapa negara lain, serta dari sejumlah provinsi di Indonesia, tempat warga etnis Tionghoa penganut kepercayaan leluhur Tri Dharma serta pelestari tradisi Cap Go Meh.
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa, dalam tradisi mereka selalu merayakan Tahun Baru Imlek dengan perayaan Cap Go Meh (Sincia) atau perayaan mengakhiri hari ke-15 bulan pertama Imlek itu. Keberadaan pulau yang dinilai eksotis itu--dengan keberadaan dua makam di atasnya serta kelenten di sana--juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang cukup tinggi di Kota Palembang itu.
Pulau Kemaro dinilai sangat potensial menjaring wisatawan mancanegara dan nusantara. Potensi besar itu, setidaknya terlihat setiap kali perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh, dengan kedatangan wisatawan dari berbagai daerah dan negara yang terus berduyun-duyun mendatangi Pulau yang membelah aliran sungai dengan membentuk sebuah delta itu.
Pulau Kemaro sampai saat ini menjadi tempat ritual warga etnis Tionghoa dari berbagai daerah dan mancanegara, sehingga hampir dipastikan mereka akan mendatangi pulau itu secara rutin terutama saat Imlek dan Cap Go Meh setiap tahunnya.
Apalagi di pulau itu terdapat kelenteng terkenal serta makam yang dipercayai sebagai makam Tan Bun An (pangeran asal Tiongkok) dan Siti Fatimah (puteri Raja Palembang), dengan legenda cinta sejati antara dua bangsa dan budaya besar pada zaman dahulu.
Panitia perayaan Cap Goh Meh atau 15 hari setelah Tahun Baru Imlek di Pulau Kemaro melakukan berbagai persiapan untuk melaksanakan ritual di pulau itu, mengingat akan didatangi ribuan keturunan China dari berbagai daerah dan sejumlah negara.
Salah seorang panitia perayaan Cap Goh Meh itu, Johny Prima, mengatakan saat ini mereka sedang melakukan berbagai persiapan untuk melakukan penutupan perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Goh Meh.
Ritual perayaan Cap Goh Meh selama ini, dipusatkan di Pulau Kemaro yang terdapat salah satu keleteng tertua di Kota Palembang dan makam Siti Fatimah yang menjadi salah satu legenda bagi warga etnis Tionghoa.
Menurut Johny, puncak ritual perayaan Cap Goh Meh dilaksanakan pada Sabtu malam, diisi dengan sembahyang dan ritual lain memuja Yang Maha Kuasa.
"Setiap perayaan Cap Goh Meh, ratusan ribu warga keturunan China dari berbagai kota di Indonesia bahkan dari Singapura, Malaysia dan RRC juga bersembahnyang dan berziarah ke Pulau Kemaro," ujar dia lagi.
Ia menyatakan, untuk menyambut kedatangan ribuan warga etnis Tionghoa tersebut, panitia perayaan Cap Goh Meh telah mempersiapkan berbagai fasilitas menuju Pulau Kemaro, terutama dukungan sarana transportasi menuju pulau yang berada di tengah Sungai Musi itu.
Transportasi dari Pasar 16 Ilir disiapkan kapal tongkang yang didesain khusus untuk perayaan hari besar China itu, dan pemasangan jembatan dari eks Pabrik Intirub, sehingga jemaat yang ingin beribadat di Pulau Kemaro dapat melalui jalur darat, kata dia.
Legenda Cinta
Perayaan Cap Goh Meh terasa semarak di Pulau Kemaro mengingat kawasan tersebut menjadi legenda bagi warga keturunan Tionghoa. Dalam legenda itu, pada zaman dahulu terdapat seorang anak raja dari Negeri China yang ingin mempersunting putri asli Palembang.
Percintaan mereka berakhir tragis, menyusul putra Raja China yang bernama Tan Bun Ann tersebut meninggal dunia setelah mengetahui guci yang dibawa prajurit dari tanah Tiongkok yang dibuangnya (guci untuk persembahan pinangan, semula dianggap tidak berisi apa-apa) ke dasar Sungai Musi ternyata berisi emas.
Selanjutnya putri asli Palembang pun ikut menceburkan diri ke sungai, dan sampai kini legenda tersebut masih diyakini etnis Tionghoa, ujar dia. Menurut legenda itu, dipercayai bahwa Pulau Kemaro yang menyembul keluar adalah kubur dari dua orang yang menceburkan diri itu.
Johny Prima mengatakan, sampai saat ini ratusan ribu warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pada perayaan Cap Goh Meh, terus mendatangi pulau tersebut untuk beribadat dan berziarah.
Puncaknya terjadi pada tengah malam hari ke-15 Tahun Baru Imlek, tetapi sebelumnya dan sehari sesudah perayaan tersebut, warga terus berdatangan secara bergantian. Hingga kini pulau yang menurut cerita berupa gundukan tanah yang muncul dari Sungai Musi dan dianggap sebagai makam puteri dan pangeran serta para dayangnya, terus dirawat oleh pengelola dan penjaga pulau itu.
Dalam legendanya, Pangeran Tiongkok Tan Bun An hendak melamar Sang Putri Raja Palembang (Siti Fatimah). Kaisar Tiongkok pun mengirim mas kawin (mahar) dalam sembilan guci berisi emas batangan untuk melamarnya.
Pada bagian atas guci itu, untuk mengelabui para bajak laut dalam perjalanan saat itu yang penuh marabahaya, ditutupi dengan sayuran. Namun sesampai di muara Sungai Musi, Pangeran Tiongkok mengetahui bahwa guci itu hanya berisi sayuran, menjadi malu. Satu per satu guci tersebut diceburkan ke Sungai Musi.
Tapi saat guci terakhir yang pecah sebelum tercebur ke sungai, justru berhamburan emas batangan dari dalamnya. Pangeran pun kaget dan berupaya mencari untuk mengambil guci yang telah masuk sungai. Namun pangeran itu bersama pengawalnya tak pernah muncul ke permukaan air lagi.
Peristiwa itu membuat putri Siti Fatimah menjadi sedih dan berputus asa, sehingga bersama dayangnya juga menceburkan diri ke sungai untuk bertemu pangerannya. Legenda cinta sejati itu turun temurun dikisahkan dan terkenal sampai sekarang.
Objek Wisata Unggulan
Pemda Kota Palembang melalui Dinas Pariwisata setempat, diharapkan terus menjaga keberadaan Pulau Kemaro itu dan memberikan dukungan fasilitas yang diperlukan, sehingga wisatawan yang datang menjadi nyaman, aman dan benar-benar terkesan setelah mendatanginya.
Apalagi Provinsi Sumsel pada tahun 2009 ini bertekad terus melanjutkan Program Visit Musi 2009--program andalan promosi wisata dengan menjual berbagai potensi objek wisata unggulan di Sumsel, termasuk Pulau Kemaro--sehingga bisa mendatangkan sedikitnya dua juta wisatawan ke daerah ini.
Walikota Palembang, Eddy Santana Putra, menegaskan bahwa pemda setempat akan terus menjaga, memelihara dan mengembangkan sekaligus mempromosikan objek wisata andalan di daerahnya itu. Pemda setempat juga telah bertekad untuk mewujudkan Palembang sebagai Kota Internasional yang Berbudaya dan Religius 2013.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) juga melirik wisatawan dari Singapura dan Malaysia untuk berkunjung ke provinsi itu mengingat kedua negara tersebut mempunyai ikatan emosional dengan daerah ini.
"Sasaran promosi kita ke negara yang lebih dekat dulu yakni Singapura dan Malaysia, kedua negara itu mempunyai ikatan emosional dengan Sumsel," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Euis Rosmiati.
Menurut dia, selain ikatan emosional dengan Sumsel, negara itu juga memiliki kedekatan budaya dan lainnya. Jadi, sasaran promosi wisata Sumsel ke negara yang lebih dekat dulu seperti ke Singapura dan Malaysia, baru selanjutnya ke negara-negara yang jauh, katanya.
Ia menyatakan, banyak yang bisa dilihat di Sumsel seperti wisata belanja songket yang memang kualitasnya baik, wisata kuliner, dan masih banyak lagi objek wisata yang bisa dikunjungi di daerah ini.
Sejumlah objek wisata di Palembang antara lain Bukit Siguntang, Pulau Kemarau/Kemaro, Museum Bala Putra Dewa, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, dan Benteng Kuto Besak serta lainnya. Ia mengatakan, pada tahun 2009 pihaknya akan terus berusaha meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
"Visit Musi 2008" akan tetap berlanjut di tahun 2009 begitu pula di tahun-tahun selanjutnya, kata dia.
"Kami akan tetap mempertahankan dan meningkatkan apa-apa yang telah diraih di tahun 2008 dan apa yang belum dilaksanakan akan dilaksanakan pada tahun 2009," ujar dia lagi.
Pihaknya juga akan membenahi sejumlah objek wisata yang ada agar semakin memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti halnya keberadaan Pulau Kemaro dengan legenda yang dipercayai turun temurun oleh warga keturunan Tionghoa di mancanegara itu.
Potensi wisata alam, adat dan tradisi serta ziarah di Kota Palembang maupun Provinsi Sumsel mestilah mendapatkan sentuhan yang baik, agar benar-benar menjadi magnet siapapun untuk datang berkunjung ke daerah ini, tanpa bosan-bosannya.
Sumber:
http://kompas.co.id
0 komentar:
Posting Komentar