Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan luas wilayah sekitar 37.000 Km2 terbagi 13 Kabupaten/Kota yang kini berpenduduk sekitar 3,5 juta jiwa, nyaris tak memiliki lagi andalan obyek wisata. Anggota Komisi II bidang ekonomi keuangan DPRD Provinsi Kalsel Madiansyah,SE,MM dan Ir. Ridwan di Banjarmasin, mengatakan nampaknya tak ada yang layak jual.
Bahkan objek wisata yang ada di Kalsel kurang diminati baik untuk wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan manca negara (wisman), kecuali Pasar Terapung Banjarmasin dan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang berada di kawasan Pegunungan Meratus.
"Pasar Terpung itupun selain kawasannya yang belakangan terkesan kumuh, juga suasana pasarnya itu sendiri seakan makin berkurang, tak semeriah dan seindah tempo dulu," kata Ridwan.
Begitu pula objek wisata alam Loksado (165 Km utara Banjarmasin) selain keasrian alamnya yang mulai terusik, juga bagi wisnu dan wisman yang mau melihat kawasan Meratus, belakangan tak memungkinkan lagi karena gangguan arus lalulintas truk pengangkut batu bara.
Oleh sebab itu kalau Loksado yang juga permukiman masyarakat adat terasing atau yang lebih populer disebut Suku Dayak, popularitasnya bisa tergeser oleh Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di wilayah Kotawaringin, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Selain akses yang relatif mudah terjangkau, TNTP juga menyimpan berbagai kekayaan alam tropis yang dapat sebagai obyek studi wisata dan berekreasi, serta merupakan tempat rehabilitasi orang utan yang bila tak dijaga kelestariannya bisa terancam punah.
Kedua wakil rakyat dari Fraksi PBR itu menyayangkan, kalau cuma potensi obyek wisata Kalsel besar, tapi tak bisa dipasarkan dan hanya menjadi kekayaan alam yang terpendam seakan tidak punya nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Untuk itu, selain perlunya proaktif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpad), juga memerlukan dukungan dari stakeholder, misalnya dalam penyediaan infrastruktur sebagai sarana dan prasarana penunjang agar obyek wisata tersebut menarik perhatian serta mendapat kunjungan wisatawan.
Mardiansyah yang mantan koresponden salah satu televisi nasional, menambahkan, untuk lebih mengenalkan potensi obyek wisata Kalsel, sebaiknya pemerintah provinsi (Pemprov) dalam hal ini Disbudpar membuat buku yang memuat potensi tersebut serta lainnya.
"Penyebaran informasi melalui buku wisata tersebut dapat bekerjasama dengan maskapai penerbangan yang melakukan aktivitas di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, dengan cara menitipkannya pada kursi-kursi pesawat," saran mantan wartawan itu.
Selain itu, bekerjasama dengan hotel-hotel berbintang dan terkenal di Jakarta atau kota-kota lain, seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Denpasar Bali, untuk memajang buku kepariwisataan Kalsel pada ruang lobi hotel tersebut, kata Mardiansyah. (Ant/OL-2)
Sumber:
http://www.ina.go.id
Bahkan objek wisata yang ada di Kalsel kurang diminati baik untuk wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan manca negara (wisman), kecuali Pasar Terapung Banjarmasin dan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang berada di kawasan Pegunungan Meratus.
"Pasar Terpung itupun selain kawasannya yang belakangan terkesan kumuh, juga suasana pasarnya itu sendiri seakan makin berkurang, tak semeriah dan seindah tempo dulu," kata Ridwan.
Begitu pula objek wisata alam Loksado (165 Km utara Banjarmasin) selain keasrian alamnya yang mulai terusik, juga bagi wisnu dan wisman yang mau melihat kawasan Meratus, belakangan tak memungkinkan lagi karena gangguan arus lalulintas truk pengangkut batu bara.
Oleh sebab itu kalau Loksado yang juga permukiman masyarakat adat terasing atau yang lebih populer disebut Suku Dayak, popularitasnya bisa tergeser oleh Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di wilayah Kotawaringin, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Selain akses yang relatif mudah terjangkau, TNTP juga menyimpan berbagai kekayaan alam tropis yang dapat sebagai obyek studi wisata dan berekreasi, serta merupakan tempat rehabilitasi orang utan yang bila tak dijaga kelestariannya bisa terancam punah.
Kedua wakil rakyat dari Fraksi PBR itu menyayangkan, kalau cuma potensi obyek wisata Kalsel besar, tapi tak bisa dipasarkan dan hanya menjadi kekayaan alam yang terpendam seakan tidak punya nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Untuk itu, selain perlunya proaktif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpad), juga memerlukan dukungan dari stakeholder, misalnya dalam penyediaan infrastruktur sebagai sarana dan prasarana penunjang agar obyek wisata tersebut menarik perhatian serta mendapat kunjungan wisatawan.
Mardiansyah yang mantan koresponden salah satu televisi nasional, menambahkan, untuk lebih mengenalkan potensi obyek wisata Kalsel, sebaiknya pemerintah provinsi (Pemprov) dalam hal ini Disbudpar membuat buku yang memuat potensi tersebut serta lainnya.
"Penyebaran informasi melalui buku wisata tersebut dapat bekerjasama dengan maskapai penerbangan yang melakukan aktivitas di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, dengan cara menitipkannya pada kursi-kursi pesawat," saran mantan wartawan itu.
Selain itu, bekerjasama dengan hotel-hotel berbintang dan terkenal di Jakarta atau kota-kota lain, seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Denpasar Bali, untuk memajang buku kepariwisataan Kalsel pada ruang lobi hotel tersebut, kata Mardiansyah. (Ant/OL-2)
Sumber:
http://www.ina.go.id
0 komentar:
Posting Komentar