Dirjen Bimas Budha Departemen Agama Budi Setiawan mengatakan, penurunan papan nama Buddha Bar oleh pihak manajemen merupakan solusi yang menggembirakan.
"Ini merupakan solusi yang sangat menggembirakan karena pihak Buddha Bar menurunkan papan nama dan menggantinya dengan nama yang tidak ada hubungannya dengan agama Budha," kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/4).
Pihak manajemen Buddha Bar pada Selasa telah memutuskan untuk menurunkan papan nama dan menggantinya dengan nama gedung aslinya yaitu Bataviasche Kunstkring.
Budi menjelaskan Departemen Agama sangat menghargai dan mengapresiasi dengan keputusan penurunan nama tersebut. Selain itu, ia juga mengemukakan rasa syukurnya karena persoalan Buddha Bar itu dapat diselesaikan dengan cara-cara yang arif dan bijaksana. "Tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan kearifan," kata Budi,
Sementara itu, Manajer Operasional Buddha Bar Henry Marheroso mengatakan, keputusan penggantian nama tersebut bukan merupakan hasil dari tekanan pihak mana pun. "Penurunan papan nama Buddha Bar itu sebagai bentuk penghormatan manajemen terhadap Menteri Agama Maftuh Basyuni," katanya.
Dengan penurunan papan nama tersebut, menurut dia, maka segala permasalahan yang terkait dengan manajemen yang ada akan diselaraskan melalui kebijakan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Agama. Henry juga menuturkan, pembangunan Buddha Bar tidak ada niat sedikit pun untuk melukai umat Budha di Indonesia.
Sebelumnya, berbagai kelompok yang tergabung dalam Forum Anti Buddha Bar berunjuk rasa menuntut penggantian nama restoran tersebut karena dinilai melecehkan nilai-nilai penghormatan kepada agama Buddha.
Buddha Bar dibangun di dalam Gedung eks Kantor Imigrasi (Bataviasche Kunstkring) di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Gedung yang merupakan bangunan bersejarah itu dibangun sejak 1913 dan merupakan karya dari arsitek Belanda Pieter Adriaan Jacobus Moojen.
Sumber: http://www.mediaindonesia.com
"Ini merupakan solusi yang sangat menggembirakan karena pihak Buddha Bar menurunkan papan nama dan menggantinya dengan nama yang tidak ada hubungannya dengan agama Budha," kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/4).
Pihak manajemen Buddha Bar pada Selasa telah memutuskan untuk menurunkan papan nama dan menggantinya dengan nama gedung aslinya yaitu Bataviasche Kunstkring.
Budi menjelaskan Departemen Agama sangat menghargai dan mengapresiasi dengan keputusan penurunan nama tersebut. Selain itu, ia juga mengemukakan rasa syukurnya karena persoalan Buddha Bar itu dapat diselesaikan dengan cara-cara yang arif dan bijaksana. "Tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan kearifan," kata Budi,
Sementara itu, Manajer Operasional Buddha Bar Henry Marheroso mengatakan, keputusan penggantian nama tersebut bukan merupakan hasil dari tekanan pihak mana pun. "Penurunan papan nama Buddha Bar itu sebagai bentuk penghormatan manajemen terhadap Menteri Agama Maftuh Basyuni," katanya.
Dengan penurunan papan nama tersebut, menurut dia, maka segala permasalahan yang terkait dengan manajemen yang ada akan diselaraskan melalui kebijakan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Agama. Henry juga menuturkan, pembangunan Buddha Bar tidak ada niat sedikit pun untuk melukai umat Budha di Indonesia.
Sebelumnya, berbagai kelompok yang tergabung dalam Forum Anti Buddha Bar berunjuk rasa menuntut penggantian nama restoran tersebut karena dinilai melecehkan nilai-nilai penghormatan kepada agama Buddha.
Buddha Bar dibangun di dalam Gedung eks Kantor Imigrasi (Bataviasche Kunstkring) di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Gedung yang merupakan bangunan bersejarah itu dibangun sejak 1913 dan merupakan karya dari arsitek Belanda Pieter Adriaan Jacobus Moojen.
Sumber: http://www.mediaindonesia.com
setuju anget dah,
BalasHapuscz ini bener-benar baik juga